Dalam artikel tersebut, tim menyoroti kemungkinan epidemi virus corona lain di China dengan menganalisis tiga wabah berskala besar yang disebabkan oleh Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS), Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS), dan Sindrom Diare Akut Swine (SADS).
Dikatakan bahwa ketiga patogen itu adalah virus corona dan dapat ditelusuri kembali ke kelelawar, dan dua di antaranya berasal dari China.
Para peneliti yang dipimpin Shi mendesak: 'Dengan demikian, sangat mungkin bahwa wabah virus corona yang menyerupai SARS atau MERS di masa mendatang akan berasal dari kelelawar, dan ada kemungkinan peningkatan bahwa ini akan terjadi di China.
Oleh karena itu, investigasi virus corona dari kelelawar ini menjadi masalah mendesak untuk mendeteksi tanda-tanda peringatan dini, yang pada gilirannya meminimalkan dampak wabah di masa depan di Tiongkok," demikian isi laporan.
Tim tersebut menunjukkan bahwa ukuran, populasi, dan keanekaragaman hayati China dapat mendorong penyebaran bug potensial.
Penelitian ini juga menggarisbawahi betapa berisikonya tradisi China yang menyukai daging segar secara langsung.
Baca Juga: Bersihkan Bulu Ketiak Tak Perlu ke Salon, 4 Bahan Rumahan Ini Bisa Dipakai
Baca Juga: Studi : 1 dari 10 Wanita Tidak Menikmati Hubungan Intimnya
"Budaya makanan China menyatakan bahwa hewan yang disembelih hidup lebih bergizi, dan keyakinan ini dapat meningkatkan penularan virus," tulis penelitian itu.
Source | : | Daily Mail,WHO,New York Post |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar