GridHEALTH.id - Dokter merupakan tenaga kesehatan yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatan serta dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Dokter juga merupakan profesi yang paling diidamkan. Bagaimana tidak, profesi dokter sering diidentikkan dengan pekerjaan mulia yaitu menyembuhkan orang sakit.
Baca Juga: Stop Diskriminasi Tenaga Medis, Sebab Ini yang Selalu Mereka Lakukan di Rumah Sakit
Untuk menjadi dokter tentunya diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus hingga harus mampu meraih gelar dalam bidang kedokteran.
Namun tak dipungkiri, profesi dokter membutuhkan perjuangan lebih keras dibandingkan profesi yang lain karena membutuhkan studi yang lama dan proses belajar yang berat karena menyangkut kesehatan, bahkan sering kali nyawa manusia.
Seorang dokter juga harus profesional, di mana bukan hanya mampu mengobati pasien saja, tetapi juga harus bisa berkomunikasi dengan baik kepada pasien.
Baca Juga: Kembali Terjadi Kekerasan Terhadap Tenaga Medis, Dipukul Pasiennya Sendiri Karena Ingin Pulang
Dalam hal ini, dokter perlu mengedepankan prinsip humanisme. Jadi, bukan sekadar penyakitnya yang diperhatikan, melainkan juga hubungan dokter dengan pasien tersebut.
Sebab, dokter yang lebih humanis tentunya sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Pembelajaran humanisme seperti kejujuran, integritas, respek, belas kasih, dan mementingkan kepentingan orang lain dibanding diri sendiri dalam pendidikan kedokteran seringkali terkalahkan oleh ilmu biomedik dan keterampilan klinis.
Buktinya, masih banyak masyarakat Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri. Padahal kemampuan dokter di tanah air tidak kalah dengan dokter di luar negeri.
Menteri Kesehatan periode 2014-2019, Nila Djuwita F. Moeloek, mengatakan alasan masyarakat banyak memilih berobat ke luar negeri karena kurang kepercayaan terhadap dokter Indonesia.
Baca Juga: Terpaksa Gunakan APD Bekas, Sebanyak 251 Dokter Terinfeksi Covid-19
Dia bahkan mengimbau tim medis untuk memperbaiki cara berkomunikasi dan cara menjelaskan sesuatu kepada pasien.
"Kepercayaan pasien akan muncul jika dokter melayani mereka dengan ketulusan hati untuk menolong masyarakat," kata Nila, dikutip dari Detik.com.
Dalam melayani pasien, kata Menkes, dokter jangan semata-mata untuk mencari keuntungan, tetapi rasa ketulusan untuk melayani pasien harus ditumbuhkan agar masyarakat lebih percaya terhadap dokter dalam negeri.
"Kalau kita kerja dengan tulus maka kepercayaan masyarakat akan tumbuh, dan iming-iming dari luar itu tidak akan bergeming kalau kepercayaan itu ada," ungkap Menkes.
Baca Juga: 3 Bocah Inspiratif, Rela Berikan Tabungan untuk Membantu Tenaga Medis
Sinyalemen serupa juga ditemukan di Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa 47% pasien dan 42% dokter menyatakan pelayanan kesehatan tidak humanis, seperti dilansir dari rilis pengembangan humanisme dalam pendidikan kedokteran di Indonesia sangat dibutuhkan.
Oleh karena itu, Dokter Rita Mustika, MEpid melakukan penelitian berjudul ‘Penyusunan Instrumen Penilaian Iklim Humanis Lingkungan Pembelajaran Klinik untuk Pengembangan Humanisme dalam Pendidikan Kedokteran’.
Baca Juga: Keluarga Tenaga Medis Kena Bacok, Korban Merayap untuk Minta Tolong dengan Kondisi Berlumur Darah
“Dari penelitian yang saya lakukan dengan metode campuran kualitatif dan kuantitatif
pada lebih dari 200 responden penelitian di Academic Health System FK-UI, ditemukan bahwa pengembangan humanisme dalam pendidikan kedokteran di Indonesia saat ini sangat dibutuhkan." kata dr. Rita.
Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, dia mendapati bahwa iklim pembelajaran humanis pada mahasiswa, mempengaruhi mereka dalam mengembangkan sikap dan perilakunya.
"Peningkatan persepsi mahasiswa terhadap iklim humanis berhubungan dengan peningkatan capaian kompetensi humanisme. Dengan demikian, pengembangan humanisme dokter harus diawali dengan membangun iklim pembelajaran yang humanis di lingkungan pembelajaran." papar dia.
Baca Juga: Lagi-lagi, 3 Dokter dan 18 Perawat Jalani Isolasi Mandiri Akibat Pasien yang Tak Jujur
"Iklim inilah yang memengaruhi perilaku mahasiswa, karena dengan berada dalam iklim pembelajaran tertentu mahasiswa dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu pula." tambahnya.
Baca Juga: Usai Kembali dari Jakarta, 4 Tenaga Medis RSUP dr Sardjito Yogyakarta Positif Covid-19
Melalui penelitian inilah, Dokter Rita Mustika, MEpid meraih gelar doktor yudisium cum laude di bidang Ilmu Kedokteran dalam Promosi Doktor On-line pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia hari ini (5/5/20).
Dr.Rita diketahui saat ini menjabat sebagai Ketua Klaster Kolaborasi Pendidikan Kedokteran IMERI FKUI. Dia juga merupakan Koordinator Pengabdian Masyarakat DPK FKUI (2010-Sekarang) dan staf pengajar di FKUI (2007-Sekarang).
Sebelumnya, dia juga pernah menjadi Koordinator Kemitraan proyek HPEQ (2010-2012), Koordinator Pengampuan FKUI (2012-2017), Anchor Kolaborasi Pendidikan 3 in 1 IDB Project (2011–2017).
Baca Juga: Selain Tertular Virus Corona, Dokter di Wisma Atlet Juga Berisiko Terinfeksi Organ Intimnya
Dari tesisnya itu kemudian dia mengusulkan untuk menggunakan instrumen belajar yang mencakup pembelajaran humanisme dan profesionalisme.
Baca Juga: Cerita Tenaga Medis yang Berjuang hingga Sembuh dalam Melawan Covid-19
“Dengan hasil penelitian ini, saya mengusulkan untuk menggunakan instrumen H-CliM dan ICARE yang telah divalidasi di dalam penelitian ini untuk melakukan evaluasi kurikulum terutama dalam pembelajaran humanisme dan profesionalisme,” tutupnya.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | detik |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar