Hal ini disebabkan oleh udara yang terpolusi dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap gejala Covid-19, seperti batuk dan sesak napas.
Bahkan, angka pencemaran udara akibat karhutla yang terjadi berbulan-bulan bisa mencapai 300 dalam indeks standar pencemaran udara (ISPU).
"Kadar ini sangat membahayakan, terutama bagi para manula, penderita jantung koroner, bayi, anak-anak, dan ibu hamil," ujar dokter Zulkifli Amin, dokter spesialis penyakit dalam dan respirologi RSCM, dikutip dari GridHEALTH.id.
Selain itu, jika sering terjadi otomatis polusi udara akan meningkat dan kualitas udara akan memperburuk yang bisa saja merusak suasana hati.
Pasalnya, penelitian dari Georgetown University, menyatakan sejak tahun 2010 polusi udara memiliki dampak negatif terhadap tingkat kebahagiaan dan kesejahteraan manusia.
Baca Juga: Kisah 20 Selir Raja Thailand yang Diisolasi karena Covid-19 di Sebuah tempat Mewah di Pegunungan
Sebagai contohnya, akibat adanya kebakaran hutan seperti ini, risiko terkena berbagai penyakit pernapasan akan meningkat, pun biaya untuk berobat setiap orangnya juga akan bertambah. (*)
#hadapicorona #berantasstunting
Source | : | YouTube,Science Direct,GridHealth.ID |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar