GridHEALTH.id - Temuan jamu antivirus corona dari Madagaskar yang dikirim ke Tanzania, membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ketar-ketir.
Pasalnya minuman nabati tersebut diklaim dapat mengobati virus corona (Covid-19).
Baca Juga: Update Covid-19; Riset Dosen Unair Menyimpulkan Pandemi Berakhir Secara Alami Awal Agustus
Diketahui minuman tersebut dinamai Covid Organics, diproduksi dari artemisia, sebuah tanaman yang berkhasiat dan terbukti dalam pengobatan Malaria serta campuran ramuan herbal lainnya.
Presiden Madagaskar Andry Rajoelina mengklaim bahwa minuman tersebut telah berhasil menyembuhkan dua orang pasien Covid-19 dalam waktu 10 hari.
Usai mengirimnya ke Tanzania, Rajoelina berharap dapat mendistribusikan Covid Organics ke seluruh Afrika Barat dan sekitarnya.
Meski begitu, tetap saja temuan Covid Organics itu membuat WHO khawatir.
Baca Juga: Berpergian Naik KRL Selama PSBB Wajib Mengantongi Surat Tugas
Baca Juga: Ampuh Redakan Masuk Angin, Minyak Kayu Putih dari Tanaman Eucalyptus Dijadikan Antiivirus Corona
Pasalnya sampai saat ini, tidak ada studi ilmiah yang dipublikasikan tentang jamu antivirus corona yang menunjukan manfaat dan efek sampinnya.
"Kami memperingatkan dan menyarankan negara-negara agar tidak mengonsumsi produk yang belum diuji untuk melihat kemanjurannya," kata Direktur WHO Afrika Matshidiso Moeti dalam jumpa pers pada Kamis (7/5/2020).
Moeti mengatakan pada 2000, para pemerintah Afrika telah berkomitmen untuk mengharuskan "terapi tradisional" melalui uji klinis, sama dengan uji pengobatan lainnya.
"Saya memahami kebutuhannya, dorongan menemukan sesuatu yang dapat membantu," kata Moeti.
"Tapi kami sangat ingin mendorong proses ilmiah ini di mana para pemerintah sendiri yang membuat komitmen."
Diketahui untuk menguji kefektifan suatu obat tak bisa langsung begitu saja dilakukan kepada pasien manusia.
Suatu produk dapat dikatakan menjadi obat jika telah melewati beberapa tahapan dimulai dari mengindentifikasi zat aktif yang terkandung, menemukan cara kerjanya, melakukan uji praklinis sampai uji klinis.
Menurut Mayo Clinic, untuk menilai efektivitas dan keamanan produk, perlu dilakukan uji praklinis, yaitu uji coba pad ahewan dan uji klinis.
Tahap akhir yang dilakukan kepada pasien manusia.
Baca Juga: Susu Organik Bukan untuk Ibu Hamil juga Susu Pertumbuhan Anak, Ini Fakta Ilmiahnya
Baca Juga: Tangkal Virus Corona, ini Bahan Terbaik Untuk Dijadikan Masker Kain
Serta waktu yang dibutuhkan pun tidak sebentar.
Tak lupa, WHO juga memperingatkan untuk tidak mengadopsi produk yang belum teruji kebenarannya melalui tes yang dilakukan.
"Kami khawatir bahwa menggembar-gemborkan produk ini sebagai tindakan pencegahan mungkin akan membuat orang merasa tidak aman," kata kepala WHO Afrika Matshidiso Moeti.
Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika juga mengatakan minuman itu harus diuji secara ketat.(*)
Baca Juga: McDonald’s Sejuta Kenangan di Sarinah Thamrin Jakarta, Minggu 10 Mei Tinggal Sejarah dan Cerita
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,Mayo Clinic |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar