GridHEALTH.id - Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dilakukan sebagai upaya mencegah terjadinya penularan virus corona yang semakin menyebar luas.
PSBB pertama kali dilakukan di DKI Jakarta pada pertengahan April lalu, yang kemudian disusul berbagai wilayah, termasuk Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Baca Juga: Curhat Pilu Perawat yang Bertugas Cabut Ventilator, 'Aku Bagaikan Malaikat Pencabut Nyawa'
Kabupaten Purwakarta diketahu telah memberlakukan PSBB pada 6 Mei 2020 dan berakhir pada 20 Mei 2020.
Namun, PSBB di Kabupaten Purwakarta tidak diperpanjang. Itu merupakan keputusan dari Bupati Purwakarta, Anne Ratna dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Kendati demikian, seorang dokter di Purwakarta justru tidak bisa ke rumah sakit tempat dia bekerja dikarenakan petugas yang melakukan pemeriksaan PSBB meminta dirinya untuk putar balik.
Baca Juga: Saat Seorang Perawat Kesal Terhadap Kelakukan Masyarakat Indonesia, Merasa Punya Nyawa Serep
Hal itu dialami oleh dr. Citra Amelinda, Sp.A., seorang Dokter Spesialis Anak (Pediatri) di Siloam Hospitals Purwakarta di Tasikmalaya.
Dia pun mengunggah pernyataan atas larangan itu di media sosial Instagram pribadinya (@citra_amelinda), Jumat (22/5/2020).
Melalui pernyataan tersebut, dr. Citra memohon maaf kepada orangtua dari pasien-pasiennya karena terpaksa tidak bisa datang ke rumah sakit.
"Dear buibu, mohon maaf sekali saya terpaksa ga bisa ke RS hari ini. Mobil diberhentikan dan disuruh putar balik sama petugas PSBB" tulis dr. Citra di Instagram Story.
Dia pun menyebutkan, meski mengenakan seragam medis, memakai tanda pengenal, serta membawa surat tugas dia tetap dilarang untuk melewati wilayah tersebut.
"Walaupun saya pakai seragam medis, surat tugas dan tanda pengenal + stiker tim medis" tutur dia.
Padahal, dr. Citra merupakan tenaga medis yang sewajarnya diberi pengecualian untuk ke rumah sakit dan merawat pasien-pasiennya.
Karena mengetahui dirinya tak bisa ke rumah sakit, dr. Citra pun merasa sedih.
"Sangat sedih sekali, karena saya sedang merawat bayi anaknya rekan sejawat di ruang intensif + janji temu dengan bayi/anak yang sudah sama2 ikhtiar dengan segala risiko ke RS karena perlu imunisasi" tulis dr. Citra.
Meskipun beberapa sektor pekerjaan bisa dilakukan bekerja dari rumah, berbeda dengan profesi dokter yang butuh interaksi langsung dalam merawat pasien.
"Saya butuh ketemu pasien2 saya. Butuh memeriksa langsung. Tidak semua hal bisa beres via WA atau videocall." ungkap dr. Citra.
"No technology could ever replace the human touch." tambahnya.
(Tidak ada teknologi yang bisa menggantikan sentuhan manusia).
dr. Citra pun berharap dia bisa kembali bekerja seperti sedia kala dengan datang ke rumah sakit untuk menangani dan merawat pasien-pasiennya.
"To my patients. I love you with all my heart and soul. Thanks for making me part of your family. Thank you fot trusting me caring for your children" papar dr. Citra.
(Untuk pasien-pasienku. Aku mencintaimu dengan sepenuh hati dan jiwaku. Terima kasih telah menjadikanku bagian dari keluargamu. Terima kasih karena memercayai aku merawat anak-anakmu).
"Semoga situasi ini cepat berlalu" tutup dia.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar