GridHEALTH.id - Setiap orang tentu menginginkan kesuksesan dalam hidupnya, baik secara materi maupun moril.
Sebagian orang cenderung bahagia atas kesuksesan yang telah dicapainya. Namun, beberapa orang lainnya kemungkinan menciptakan bahagia jika telah mendapatkan pujian dari orang lain, atau dengan kata lain merasa bahagia karena ingin dilihat 'wah' oleh orang lain.
Sikap itu disebut dengan social climber atau panjat sosial. Orang-orang seperti ini memiliki kelainan sosiologis dan psikologis.
Mereka cenderung menggunakan segala cara agar bisa diterima oleh orang-orang yang memiliki status sosial yang lebih tinggi.
Bagi orang dengan social climber tentu mengarah pada pergaulan yang tidak sehat.
Pasalnya mereka tak peduli dari mana dan bagaimana caranya mendapatkan barang mewah ataupun gaya hidup mewah. Sebab, yang paling utama ialah status sosialnya naik.
Baca Juga: Ditangkap Karena Kasus Narkoba, Roy Kiyoshi Sakit Hati Sering Dibully Netizen?
Baru-baru ini, seorang mahasiswi asal Makassar dituntut hukuman mati, karena nekat melawan hukum demi gaya hidup dan uang kuliah.
Ia adalah Emi Sulastriani. Demi mencapai keinginannya dalam memenuhi gaya hidup, Emi nekat jadi kurir narkoba lintas negara. Akibatnya, kini dirinya dituntut hukuman berat.
Dilansir dari Tribunnews, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, menuntut hukuman mati Emi Sulastriani (22) karena kasus narkoba.
Baca Juga: Bahaya Narkoba Bagi Wanita, Ini Ancaman Sule Untuk Nunung Jika Kembali Terjerat Barang Haram
Emi Sulastriani ditangkap Satuan Reserse Narkoba (Satreskoba) Polres Nunukan, awal September 2019 lalu, karena membawa narkotika jenis sabu berat 20 kilogram dari Tawau, Malaysia.
“Menurut kami, perbuatan terdakwa sudah berulang dan barang buktinya pun besar yang pernah ada di Nunukan,” ungkap Kepala Seksi Pidana Umum (Kasi Pidum) Kejari Nunukan, Andi Zaenal, saat dihubungi Kompas.com, Senin (25/5/2020).
Emi Sulastriani tercatat sudah 4 kali menjemput barang haram tersebut dalam jumlah signifikan, dia mengaku melakukan aksinya sejak 2018 hingga 2019.
Diketahui, Emi Sulastriani nekat melancarkan aksinya demi memenuhi gaya hidupnya.
Baca Juga: Sempat Terlibat Kasus Pencucian Uang, Model Majalah Dewasa Ini Kembali Diciduk Polisi Karena Narkoba
“Karena merasa aman dan upah menggiurkan, mahasiswi ini semakin berani membawa dalam jumlah besar dengan upah semakin tinggi,” ujar Kapolres Nunukan, AKBP Teguh Triwantoro, Rabu (11/9/2019).
Selain itu, mahasiswi semester 7 di salah satu perguruan tinggi swasta di Makassar, Sulawesi Selatan itu juga mengaku menggunakan uang tersebut untuk membayar biaya kuliahnya.
Hal itu dikarenakan dirinya yang merupakan anak yatim, sehingga kondisi tersebut membuatnya memenuhi kebutuhan hidup seorang diri.
Kendati demikian, memenuhi kebutuhan hidup dan gaya hidup dengan cara menjajalkan berbagai cara, seperti yang dilakukan Emi Sulastriani adalah hal yang keliru.
Psikolog Dinuriza Lauzi, M.Psi, mengatakan, orang yang memiliki social climber berbahaya bagi diri sendiri.
"Sosial climber dinyatakan berbahaya saat mereka melakukan berbagai cara untuk mendapatkan hal yang diinginkan, bahkan bisa sampai merusak citra dirinya dengan melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan," ungkap Niza, dikutip dari Tribunnews.
Baca Juga: Lucinta Luna Gunakan Narkoba karena Depresi hingga ingin Bunuh Diri, Inilah Ciri-cirinya
Social climber memang belum dinyatakan sebagai penyakit, hanya sebagai fenomena karena terpengaruh dengan semakin maraknya media sosial yang menampilkan tren gaya hidup mewah.
Jika fenomena social climber ini tidak diubah, maka akan berdampak pada kondisi finansial hingga mempengaruhi kualitas hidupnya.
Bahkan social climber bisa berdampak pada kondisi kejiwaan yang mengganggu dan akhirnya menjadi penyakit kejiwaan.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | tribunnews,kompas |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar