GridHEALTH.id - Berat Badan Naik Akibat LockDown, Pria Ini Jadi Pria Terberat di Seluruh Kota, 101Kg
Usai lima bulan tinggal di rumah akibat lockdown, seorang pria berusia 26 tahun di Wuhan justru mengalami kenaikan berat badan sebanyak 101Kg.
Seperti diketahui, kota Wuhan menerapkan lockdown sejak bulan Januari.
Hal ini dilakukan sebagai upaya mencegah terjadinya penularan virus corona.
Namun, setelah pemerintah setempat mencabut penerapan lockdown pada 8 April, pria bernama Zhou tidak dapat keluar rumah karena mengalami kenaikan berat badan yang luar biasa.
Akibatnya, pria itu dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami kondisi kritis.
Menurut laporan, awalnya pria itu memiliki berat 177 kg pada Desember 2019.
Namun setelah penerapan lockdown, dia mengalami penambahan berat badan sebanyak 224 pound atau 101 kg.
Dengan kenaikan tersebut, maka total berat badan Zhou mencapai 278Kg.
Dirinya saat ini tercatat sebagai pria terberat di seluruh kota.
Baca Juga: Di Amerika, Pasien Covid-19 Banyak Ditemui dalam Kondisi Obesitas
Dilansir dari Republicworld.com, dokter dari Rumah Sakit Zhongnan Universitas Wuhan, berbicara kepada media internasional mengungkapkan bahwa mereka telah menerima panggilan telepon dari Zhou pada 31 Mei.
Bahkan, Zhou terdengar putus asa meminta bantuan akibat berat badannya tersebut.
Menurut laporan, Zhou mengeluh tidak tertidur sejak 48 jam terakhir dan dilaporkan dalam kondisi yang sangat lemah.
Dia hampir tidak bisa berbicara ketika petugas medis tiba di rumahnya pada hari berikutnya.
Mengetahui hal tersebut, Zhou segera dilarikan ke unit perawatan intensif rumah sakit, di mana dia dibawa ke tempat tidur oleh enam petugas keamanan dan empat pekerja medis.
Kemudian, Dokter mendiagnosisnya dengan gagal jantung dan disfungsi pernapasan.
Menurut laporan setelah sembilan hari perawatan 24 jam, kondisinya berangsur stabil.
Para dokter melaporkan bahwa Zhou akan menjalani operasi penurunan berat badan dengan mengangkat sebagian perutnya.
Dia harus kehilangan 55 pound atau sekitar 25 kg dalam tiga bulan ke depan untuk mengurangi risiko operasi.
Menurut ahli diet asal New York, Brenna O'Malley, saat menjalani karantina di rumah bisa menyebabkan berbagai perubahan pada diri, termasuk kebiasaan makan.
“Banyak hal telah berubah baru-baru ini. Akses orang ke makanan telah berubah, jadwal mereka telah berubah, rutinitas mereka telah berubah, dan kami mengalami peristiwa yang benar-benar menegangkan," kata O'Malley, dikutip dari HuffPost.
Baca Juga: 5 Kebiasan yang Memicu Naiknya Berat Badan di Masa Pandemi Covid-19
Dari kebiasaan makan yang cenderung berubah inilah yang kemudian bisa berdampak pada kenaikan berat badan.
Baca Juga: 75% Pasien Coronavirus Dalam Perawatan Intensif Kelebihan Berat Badan
Terlebih jika malas berolahraga, maka bukan hanya mengalami kenaikan berat badan satu atau dua kilogram saja, melainkan ada ancaman obesitas.
Dilansir dari laman Worldobesity, pandemi Covid-19 dapat berkontribusi pada peningkatan obesitas karena program penurunan berat badan dan intervensi seperti operasi sedang sangat dibatasi pada saat ini.
Dalam hal ini, langkah-langkah yang dianjurkan di beberapa negara seperti isolasi di rumah selama pandemi Covid-19 dapat berdampak pada mobilitas dan menyebabkan aktivitas fisik jadi terhambat.
Baca Juga: Terlalu Lama di Rumah Bisa Memicu Rasa Bosan hingga Berujung Makan Berlebihan, ini Trik Mengakalinya
Bahkan, jika terjadi dalam waktu yang panjang bisa meningkatkan risiko penyakit metabolik.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Huffpost,Republicworld.com,Worldobesity.org |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar