Dikutip dari Okezone, selain ketertarikannya dengan dunia mode, drg Nina menjelaskan awal ketertarikannya mengenakan APD tersebut tidak terlepas dari rasa keprihatinnya melihat kondisi masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
"Kebanyakan pasien yang datang ke tempat praktik saya itu trauma dan takut melihat dokter-dokter memakai hazmat atau APD yang bentuknya gombor-gombor (besar) dan warnanya putih polos. Apalagi anak-anak mereka biasanya ketakutan," kata drg Nina, seperti dikutip dari Okezone, Selasa (21/7/2020).
Baca Juga: Setelah Aksi Sujudnya di Kaki Dokter Viral, Kini Bantuan APD Risma Ditolak RSUD dr Soetomo, Kenapa?
Tak hanya itu, sebagai seorang dokter wanita, dirinya mengaku juga ingin menonjolkan sisi feminimnya. Sebab, menurutnya, memakai aksesori hingga berdandan layaknya wanita pada umumnya membuat dirinya lebih percaya diri dan membangkitkan semangat.
"Meski memakai APD, saya ingin menonjolkan sisi feminin dan girly. Itulah sebabnya pemilihan warnanya enggak jauh-jauh dari pink, nude, merah, pokoknya yang cewek banget. Bootnya juga aku costume, biar ada heelsnya," ujarnya.
Baca Juga: Masalah Baru Indonesia, Limbah Medis Semakin Memprihatinkan, Stop Masker Sekali Pakai
"Aku juga kalau lagi praktik, tetap dandan, pakai soft lens, dan bulu mata palsu. Karena praktiknya nyaman kan secara enggak langsung mempengaruhi mood kita. Kerja pun jadi enjoy," tambahnya.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | okezone.com |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar