GridHEALTH.id - Baru-baru ini seorang dokter gigi di Malang mencuri perhatian warganet lantaran dirinya mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) tak lazim ketika praktik.
Jika biasanya pakaian hazmat yang umumnya dikenakan oleh dokter berwarna putih, namun berbeda dengan dokter gigi bernama Nina Agustin ini.
drg Nina mengenakan APD berbentuk kostum dengan berbagai karakter kartun dan warna nyentrik setiap harinya. Bahkan, drg Nina rela merogoh kocek lebih dalam demi memiliki APD tersebut.
Baca Juga: Dahulu Diprotes Kini Dipuji, Pasutri Kenakan Pakaian Hazmat dan APD Lengkap Saat Naik Pesawat
Tak main-main, untuk satu pakaian hazmat saja, drg Nina harus mengeluarkan biaya senilai Rp150 ribu - Rp300 ribu sesuai dengan motif dan tingkat kesulitannya.
Sejauh ini dokter gigi yang juga merupakan pemilik klinik gigi bernama Nina Dental Clinic ini memiliki pakaian hazmat yang bervariasi, mulai dari warna kuning, oranye, pink, hingga kararter Marilyn Monroe dan Betty Boop.
Seperti diketahui, sejak kemunculan wabah virus corona, para tenaga medis diwajibkan mengenakan APD selama bertugas memeriksa pasien.
Penggunaan APD ini dilakukan untuk meminimalisir penularan virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19. Selain itu, fungsi APD juga sebagai penghalang terhadap infeksi yang dihasilkan oleh virus dan bakteri.
Baca Juga: Berkah Pandemi Covid-19, Hazmat Karya Anak Bangsa Indonesia Lolos Standar Internasional
Dalam hal ini bukan hanya dokter umum, dokter gigi pun harus memakai APD saat menangani pasien di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini.
Meski tergolong tak lazim, namun jangan khawatir, pakaian hazmat drg Nina memenuhi standar yang telah ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni APD level 3.
Baca Juga: Setelah Wabah Corona, Surabaya Kini Diresahkan Dengan Menumpuknya Limbah Medis APD di Pemakaman
Penggunaan hazmat tersebut juga dilengkapi dengan alat perlindungan diri lainnya, seperti sarung tangan, masker N95, goggles, face shield, dan sepatu boot.
Rupanya, ada alasan dibalik drg Nina memesan sendiri pakaian hazmat yang disebutnya berkonsep 'safety, profesional, and beauty in harmony' ini.
Dikutip dari Okezone, selain ketertarikannya dengan dunia mode, drg Nina menjelaskan awal ketertarikannya mengenakan APD tersebut tidak terlepas dari rasa keprihatinnya melihat kondisi masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
"Kebanyakan pasien yang datang ke tempat praktik saya itu trauma dan takut melihat dokter-dokter memakai hazmat atau APD yang bentuknya gombor-gombor (besar) dan warnanya putih polos. Apalagi anak-anak mereka biasanya ketakutan," kata drg Nina, seperti dikutip dari Okezone, Selasa (21/7/2020).
Baca Juga: Setelah Aksi Sujudnya di Kaki Dokter Viral, Kini Bantuan APD Risma Ditolak RSUD dr Soetomo, Kenapa?
Tak hanya itu, sebagai seorang dokter wanita, dirinya mengaku juga ingin menonjolkan sisi feminimnya. Sebab, menurutnya, memakai aksesori hingga berdandan layaknya wanita pada umumnya membuat dirinya lebih percaya diri dan membangkitkan semangat.
"Meski memakai APD, saya ingin menonjolkan sisi feminin dan girly. Itulah sebabnya pemilihan warnanya enggak jauh-jauh dari pink, nude, merah, pokoknya yang cewek banget. Bootnya juga aku costume, biar ada heelsnya," ujarnya.
Baca Juga: Masalah Baru Indonesia, Limbah Medis Semakin Memprihatinkan, Stop Masker Sekali Pakai
"Aku juga kalau lagi praktik, tetap dandan, pakai soft lens, dan bulu mata palsu. Karena praktiknya nyaman kan secara enggak langsung mempengaruhi mood kita. Kerja pun jadi enjoy," tambahnya.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | okezone.com |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar