Nasir mengaku miris jika kemudian rakyat Indonesia justru dijadikan objek dari vaksin yang belum teruji itu. Sebab, kemungkinan vaksin itu gagal dan berakibat buruk bagi manusia sangat terbuka lebar.
“Kan itu trial and error, uji coba namanya. Berarti bisa berhasil dan gagal. Kalau berhasil bagaimana, kalau gagal gimana? Tapi bukan berhasil atau gagal yang kita bicarakan,” ujarnya.
Dia mempertanyakan alasan pemerintah mau menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk melakukan ujicoba klinis tahap III. Padahal di negara Cina sendiri vaksin tersebut belum sempat diujicobakan.
“Apa tidak ada negara lain? Kenapa Indonesia menerima itu? Seharusnya Indonesia punya sikap, yang tegas dan jelas, tidak ingin rakyatnya dijadikan “kelinci percobaan”. Seharusnya begitu,” katanya.
Baca Juga: Studi: Tidur Bareng Pasangan Bisa Bikin Lebih Nyenyak dan Pulas
Baca Juga: Kandungan Oleocanthal Dalam Minyak Zaitun Dipercaya Ampuh Membunuh Sel Kanker Payudara
Pria asal Aceh ini berharap pemerintah mau mengubah keinginan untuk memberikan vaksinasi Sinovac kepada 1.620 orang atau pasien Covid-19 secara sukarela.
“Saya harapkan, pemerintah bisa mengubah pendiriannya. Jangan sampai rakyat sudah kena pandemik, kena itu lagi (ujicoba), artinya disudutkan lah,”harap Nasir.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | The Guardian,The New York Times,grid.id,China Daily,South China Morning Post |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar