Karenanya pihak RS segera melakukan tindakan penyelamatan dengan memberikan respirator atau alat bantu napas, sekalipun berisiko pecahnya pembuluh darah otak yang akhirnya menyebabkan hidrosefalus.
Satu-satunya cara mengatasi dengan pemasangan VP Shunt (Ventricular Shunt), selang yang dapat mengalirkan cairan otak sehingga tak terjadi penumpukan cairan otak di kepala.
Tapi hal itu tak bisa segera dilakukan, mengingat bayi masih sangat lemah untuk menjalani operasi.
Akhirnya di hari ke-13 dilakukan pemasangan VP shunt. Operasi berjalan lancar.
"Alhamdulillah. Beberapa hari setelah itu dilakukan pengecekan cairan otak sebagai salah satu prosedur tambahan. Ternyata, cairan otaknya mengalami infeksi. Kami pun kaget. Bagaimana kuman bisa masuk ke dalam cairan otak yang terkurung oleh tempurung kepala?"
Saking syoknya, lanjut Ardi Wibowo, dirinya jadi tidak terlalu banyak bertanya dan memercayakan semua prosedur yang akan dilakukan kepada dokter.
Dokter bedah saraf memasukkan obat untuk menyembuhkan infeksi tersebut dengan menyuntikkannya ke klep VP shunt.
"Tapi setelah dilakukan prosedur itu beberapa kali, kondisi anak kami tidak semakin membaik dan infeksi masih tetap ada."
Singkat crita, dua bulan sudah anak Ardi Wibowo berada di ICU denggan kondisi hidrosefalus yang tak terpecahkan, yang akhirnya dokter menganjurkannya membawa si kecil berobat ke luar negri.
"Dia merasa dokter-dokter di Indonesia belum berhasil menanganinya, apalagi anak kami mulai mengalami kejang secara berkala dan itu dapat memperburuk kondisinya," papar Ardi Wibowo.
BEROBAT KE SINGAPURA
Singkat cerita, berkat bantuan keluarga besar, Ardi Wibowo menemukan dokter yang tepat di National University Hospital (NUH) di Singapura.
Baca Juga: Ternyata Hati Sapi Paling Padat Nutrisi! Ini Cara Memilih hingga Mengolahnya Agar Tak Keras dan Bau
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar