Gyanti sebagai kakak juga sangat membantu dalam mengurus Rayhana.
Dengan kondisi kerusakan otak yang diakibatkan oleh infeksi bakteri yang pertama, Rayhana mengalami hambatan dalam pertumbuhan sensorik dan motorik.
Prof. Low Poh Sim sudah menjelaskan, akan sulit untuk Rayhana hidup secara normal. Berdasarkan fakta medis, dia tidak akan tumbuh dan berkembang seperti anak-anak seusianya, sekalipun tubuhnya akan tumbuh besar secara normal.
"Sekarang kami sudah ikhlas dengan kondisi tersebut. Dengan selamatnya Rayhana saja sudah merupakan mukjizat bagi kami sekeluarga.
Tiga belas kali operasi untuk anak usia 1 tahun itu luar biasa sekali. Allah swt memberikan sebegitu besar kekuatan kepada anak saya dengan segala komplikasi yang ada untuk tetap bertahan hidup.
Baca Juga: Update Covid-19 di Jember; Ambulan PMI Kini Antar 5 Jenazah Dalam Sehari, Biasanya Hanya 2 Pasien
Dia sudah bisa mengalami ini semua, masa kami tidak bisa? Walaupun sulit, kami berusaha keras untuk memberikan yang terbaik bagi Rayhana."
Demi kebaikan perkembangannya, Ardi Wibowo mendatangkan terapis ke rumah untuk membantu dia belajar berjalan, berdiri, dan melemaskan otot-otonya. Terapi akupunktur dan pijat refleksi juga dijalani.
Hasilnya, perkembangan Rayhana semakin baik, meski mungkin tidak banyak berarti bagi awam. "Tapi bagi kami, Rayhana bisa merayap 20 cm lebih jauh sudah luar biasa. Bisa memilih di antara dua barang yang dia sukai ataupun bisa membuka dan menutup lemari, bisa memeluk kami ketika diminta, kiss bye ketika kami pamit sama dia, ataupun tertawa kegirangan ketika berhasil menendang kursi yang ada di dekatnya, itu sudah merupakan keajaiban bagi kami."
Dokter anak di Jakarta yang menyarankan kami membawa Rayhana ke Singapura pun takjub dengan perkembangannya.
Menurut beliau, kasus anak seperti Rayhana di Indonesia, survival rate-nya hampir tidak ada. Menurut beliau, ini seperti suatu pembelajaran baru dimana bisa melihat hasil gabungan dari teknologi dan ilmu pengetahuan serta dedikasi tinggi yang dilakukan oleh dokter-dokter di Singapura.
Dari pengalaman Rayhana, Ardi Wibowo sekeluarga mendapat satu hikmah penting, yang sepertinya bermanfaat untuk semua orangtua, yaitu: kita harus kritis dan mau belajar akan kondisi yang dialami.
Setiap treatment/tindakan yang dilakukan, kita harus tahu sebab dan akibatnya.
Banyak bertanya kepada dokter dan suster serta mengamati dalam prosesnya, karena pada dasarnya dokter hanyalah seorang manusia dan bisa luput dari kesalahan.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
Artikel ini sudah publish di Tabloid Nakita dan Nakita.id dengan judul Gara-gara Salah Treatment di Rumah Sakit, Anakku Cedera Otak
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar