GridHEALTH.id - Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengumumkan penemuan vaksin penawar virus corona (Covid-19) yang pertama di dunia.
Dilansir dari BBC, vaksin Covid-19 tersebut diberi nama Sputnik-V.
Putin mengatakan vaksin yang dikembangkan oleh Institut Gamaleya Moskow, menawarkan "kekebalan berkelanjutan" terhadap virus corona.
Baca Juga: Jadwal Pencairan BLT untuk Karyawan Bergaji 5 Juta atau Lebih Kecil, Jokowi; 2 Pekan Lagi Cair!
Meski tidak menjelaskan secara rinci, Sputnik-V dinilainya "cukup efektif" karena telah melewati semua pemeriksaan yang diperlukan.
Bahkan vaksin ini juga telah diberikan kepada putrinya, dan hasilnya tampak baik-baik saja meskipun suhu tubuhnya sempat meningkat dalam periode singkat.
"Saya pikir dalam pengertian ini dia mengambil bagian dalam percobaan," kata Putin seperti yang dikutip BBC, tanpa menyebutkan siapa di antara dua putrinya yang telah menerima vaksin.
"Setelah injeksi pertama suhunya 38 derajat, hari berikutnya 37,5, dan hanya itu. Setelah injeksi kedua suhunya naik sedikit, lalu normal kembali."
Baca Juga: Jadwal Pencairan BLT untuk Karyawan Bergaji 5 Juta atau Lebih Kecil, Jokowi; 2 Pekan Lagi Cair!
Ilmuwan Rusia mengatakan uji coba tahap awal vaksin telah selesai dan hasilnya sukses.
Vaksin Rusia menggunakan jenis adenovirus yang telah disesuaikan, virus yang biasanya menyebabkan flu biasa, untuk memicu respons kekebalan.
Namun persetujuan vaksin oleh regulator Rusia datang sebelum selesainya studi yang lebih besar yang melibatkan ribuan orang, yang dikenal sebagai uji coba fase III (tiga).
Para ahli menganggap uji coba ini sebagai bagian penting dari proses pengujian.
Dilansir dari NHS, uji klinis fase III, merupakan fase dimana produk vaksin sudah boleh diproduksi tapi masih belum bisa dipasarkan.
Pada fase ini juga banyak sekali syarat yang harus dipenuhi .
Dari jumlah populasinya yang besar (melibatkan ribuan pasien), harus diagnosis tertentu, dan tindak lanjut yang lama karena harus dinilai efek jangka pendek, menengah, hingga panjang.
Selain itu, di fase III ini juga produk vaksin yang diteliti akan diuji stastistik bersama dengan plasebo atau 'obat kosong'.
Dimana beberapa orang secara acak (random) akan dipilih sebagai subjek penelitian.
Baca Juga: Jangan Salah, Galon Air Minum Isi Ulang Justru Aman, yang Sekali Pakai Berbahaya!
Setengah dari orang-orang tersebut diberi obat yang benar-benar mengandung zat obat, sementara setengahnya lagi diberi obat kosong.
Percobaan ini akan membantu peneliti mengetahui apakah obat tersebut benar-benar efektif atau hanya sugesti pasien yang merasa lebih baik karena tahu mereka telah mengonsumsi produk obat tersebut.
Apabila lolos ujia fase III (dinyatakan efektif dan aman) maka vaksin tersebut boleh didaftarkan ke badan pengawasan dan boleh dijual di pasaran.
Baca Juga: Perdana Menteri Selandia Baru Rayakan 100 Hari Tanpa Kasus Covid-19 Baru, Ini Rahasianya
Meskipun demikian, Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko mengatakan pada hari Selasa bahwa vaksin itu "terbukti sangat efektif dan aman", menyebutnya sebagai langkah besar menuju "kemenangan umat manusia" atas Covid-19.
Pejabat Rusia mengatakan vaksin itu diberi nama Sputnik-V, untuk menghormati satelit pertama di dunia. Sputnik adalah kata dalam bahasa Rusia untuk satelit.
Mereka menyamakan pencarian vaksin dengan perlombaan luar angkasa yang diperebutkan oleh Uni Soviet dan AS selama Perang Dingin.
Para pejabat mengatakan, mereka berencana untuk memulai vaksinasi massal pada Oktober.
Kendati demikian, para ahli telah menyuarakan keprihatinan tentang kecepatan kerja Rusia. Ini menunjukkan bahwa para peneliti mungkin mengambil jalan pintas.
Di tengah kekhawatiran bahwa keselamatan bisa terganggu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Rusia pekan lalu untuk mengikuti pedoman internasional untuk memproduksi vaksin melawan Covid-19.
Pada hari Selasa (11/8/2020), WHO mengatakan telah melakukan pembicaraan dengan pihak berwenang Rusia tentang melakukan peninjauan terhadap vaksin, yang diberi nama Sputnik-V.
Baca Juga: Klaim Obat Covid-19 Kian Marak, YLKI Sebut Faktor Ekonomi Masyarakat Indonesia Jadi Alasan Pemicunya
Saat ini, vaksin Rusia tidak termasuk dalam daftar enam vaksin WHO yang telah mencapai uji klinis fase tiga, yang melibatkan pengujian yang lebih luas pada manusia.
Lebih dari 100 vaksin di seluruh dunia sedang dalam pengembangan awal, dengan beberapa di antaranya sedang diuji pada orang-orang dalam uji klinis.
Meskipun ada kemajuan pesat, sebagian besar ahli berpendapat bahwa vaksin apa pun tidak akan tersedia secara luas hingga pertengahan 2021.
Rusia sebelumnya telah dituduh oleh Inggris, AS, dan Kanada berusaha mencuri penelitian terkait Covid-19.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | BBC,NHS |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar