Dijelaskan Woo, Covid-19 dan berbagai bencana alam memaksa kita mengadopsi teknologi dengan lebih cepat, terutama teknologi seperti telemedicine alias pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan medis jarak-jauh.
Ketika bencana terjadi seperti pandemi ini, tentunya akan banyak pasien yang datang bahkan jumlahnya bisa berkali-kali lipat dari biasanya.
Imbasnya rumah sakit akan kekurangan peralatan kesehatan seperti peralatan ICU, ventilator dan yang lainnya.
Baca Juga: Ingin Majukan Kearifan Lokal, Luhut Pandjaitan Sebut Arak Bali Sebagai Obat Covid-19: 'Saya Dukung'
"Padahal ada banyak pasien yang mesti ditenangkan, diselamatkan, tapi medical supply kurang karena memang jumlahnya tak cukup. Kalau inventory alat-alat dan medical supply tak dikelola dengan baik, bisa membahayakan nyawa pasien. Pada masa pandemik ini keterbatasan suplai telah mengguncang seluruh dunia sehingga ada negara yang harus memproduksinya di negara lain," papar Woo.
Di saat pandemi juga, rumah sakit bisa kekurangan tenaga medis karena jumlah pasien yang melonjak drastis.
Sehingga dengan teknologi sebagai force multiplier, kita bisa membantu para perawat, dokter, dan para garda terakhir dalam melawan Covid-19 ini untuk mengelola arus/aliran pasien.
Baca Juga: Maksimal Tangkal Covid-19, Mendagri Imbau Cuci Tangan Sebelum Wudhu
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar