Melansir Healthline, fenomena doomscrolling menggambarkan perilaku seseorang yang cenderung berselancar di media sosial secara terus-menerus.
Penelurusan di media sosial dalam fenomena tersebut condong pada berita negatif.
Penting dicatat, kondisi ini bisa sangat membuat seseorang menderita.
Dsadari atau tidak, lama kelamaan namun pasti, dirinya bisa terganggua secara kejiwaan alias psikis.
"Pandemi ini telah memunculkan kebiasaan buruk banyak orang,salah satunya mengakses berita negatif terus-menerus," ucap psikiater dari NYU Langone Health New York.
Dikutip Kompas.com dari Cleveland Clinic, seorang psikolog klinis bernama Susan Albers menjelaskan yang jadi pemicu doomscrolling.
Salah satu yang jadi pemantiknya yaitu dorongan dalam diri seseorang, yang ingin memenuhi kebutuhannya untuk mendapatkan informasi.
"Saat berada dalam suasana hati yang buruk, kita merasa butuh informasi untuk mengonfirmasi perasaan. Membaca berita negatif akan menegaskan kembali perasaan kita," ucap Albers.
Nah, doomscrolling ini muncul di saat seseorang memiliki waktu luang yang cukup banyak.
Sehingga merasa bosan atau jenuh.
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar