GridHEALTH.id - Tingkat kesembuhan pasien positif virus corona (Covid-19) selama beberapa terakhir memang mengalami peningkatan.
Akan tetapi hal itu dianggap ahli epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, bukan sebagai suatu keberhasilan.
Hal itu disampaikannya saat dalam Webinar Menghadapi Puncak Pandemi Covid-19: Sejauh Mana Kesiapan Sistem dan Infrastruktur Kesehatan Kita?, yang digelar dalam aplikasi Zoom, Rabu (2/9/2020) malam.
Pandu Riono menegaskan indikator keberhasilan menangani Virus Corona (Covid-19) bukan dinilai dari tingkat kesembuhan.
"Selama enam bulan ini jangan melihat angka kesembuhan. Karena 80% yang tidak bergejala akam sembuh. Itu yang selalu dinarasikan, 'angka kesembuhan meningkat.' Tidak begitu sebenarnya," ujar Pandu.
Baca Juga: Sate Kambing Bukan Penyebab Darah Tinggi, 5 Makanan Ini Biang Keladinya, Salah Satunya Acar
Baca Juga: 8 Pernyataan Kontroversial Pejabat Indonesia Tentang Covid-19, Mulai Jokowi Hingga Para Menterinya
Dia menilai, kemampuan menekan angka penularan kasus dan kematian menjadi indikator keberhasilan dalam menangani Covid-19.
"Kita berusaha menekan penularan dan kematian, itu indikator keberhasilan. Bukan meningkatkan kesembuhan," tegasnya.
Untuk mencapai target keberhasilan itu, Pandu mengatakan, pemerintah harus melakukan sebanyak-banyaknya tes atau pengujian Covid-19 kepada masyarakat melalui PCR test, bukan Rapid test.
Selain itu pelacakan kontak, untuk mengidentifikasi dan mengisolasi calon pembawa virus penting dilakukan.
Sehingga terhadap mereka yang memiliki kontak dengan yang terpapar virus bisa cepat diketahui dan dilakukan test.
Hal ini bisa mengurangi risiko penularan kasus ke kelompok yang lain.
"Tidak ada pilihan lain selain memperbanyak testing dan tracing serta isolasi untuk mendeteksi dan menekan penularan virus," jelasnya.
"Untuk menekan jumlah kasus, seharusnya kita bekerja lebih keras, dan berlomba dengan kecepatan untuk melakukan testing kepada semua warga hingga ke daerah. Biar bisa menekan angka penularan," jelasnya.
Selain itu, masyarakat juga harus turut membantu kinerja pemerintah dengan 3 M, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Baca Juga: Keranjingan Sepeda Senilai Rp 60 Juta, Luna Maya Alami Patah Tulang Metatarsal
Karena angka penularan bisa dicegah kala masyarakat juga tertib dan disiplin melakukan 3 M.
"Ini kerja kita bersama. Penduduk juga harus mau menerapkan 3M sehingga bisa menjaga kita, orang sekeliling kita dan orang lain terinfeksi virus," jelasnya.
Dia meyakini, bila pemerintah melakukan sebanyak-banyaknya tes dan pelacakan dibarengi sikap disiplin masyarakat melakikan 3M, puncak pandemi bisa dilalui dengan tidak membludaknya jumlah pasien di rumah sakit.Baca Juga: Saat Pandemi, Warga Bantaran Sungai Cisadane Dipusingkan Dengan Menumpuknya Limbah Medis
Kalau tidak, imbuh dia, maka akan tidak cukup rumah sakit menampung pasien dan angka kematian akan semakin meningkat tinggi.
Diketahui sebelumnya, pemerintah lewat Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, menyatakan tingkat kesembuhan di Indonesia kini lebih baik daripada rata-rata dunia kebanyakan.
Dilihat per 1 September 2020, jumlah kasus positif di Indonesia sebanyak 42.009 kasus atau dengan persentase 23,7%, sementara rata-rata dunia berada di angka 26,6%.
Baca Juga: Serangan Tomcat Muncul Kembali, Begini Cara Penanganan usai Disengat Serangga Bernama Semut Semai
Hal yang sama juga terdapat pada tingkat kesembuhan yang mencapai 128.057 kasus atau 72,1%. Angka ini lebih baik dan masih diatas rata-rata dunia sebesar 69,97%.
Namun untuk persentase kematian saat ini jumlah kematian berjumlah 7.505 kasus atau 4,2%, dan rata-rata dunia sebesar 3,34%.
"Jadi kondisinya (kematian) di Indonesia masih lebih tinggi dari rata-rata dunia," jelasnya.(*)
Baca Juga: Jika Mr P Loyo Hingga Libido Menurun, Cek Gula Darah, Bisa Jadi Diabetes
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar