GridHEALTH.id - Hampir seluruh negara di dunia kini sedang dipusingkan dengan penyebaran virus corona (Covid-19).
Bahkan negara adidaya seperti Amerika serikat saja kini dibuat tak berdaya dengan pandemi Covid-19.
Berdasarkan data dari Worldometers, higga Selasa 8 September 2020 Amerika Serikat masih menjadi negara paling terdampak oleh virus corona dengan total 6,485,575 kasus.
Baca Juga: Klaster Keluarga Jadi Ancaman Tersendiri, Begini Cara Mencegah Penyebaran Virus Corona di Rumah
Meski demikian, rupanya masih ada negara yang paling aman dari pandemi Covid-19 ini. Negara tersebut adalah Jerman.
Hal ini diketahui usai lembaga riset pengetahuan dan teknologi global Deep Knowledge Group merilis peringkat daftar negara paling aman dari Covid-19 baru-baru ini.
Peringkat tersebut disusun berdasarkan data pakar medis dan ahli statistik dengan menggunakan 140 parameter.
Ada 250 negara yang diamati cara mereka menangani pandemi virus corona.
Masing-masing negara diberikan skor untuk menentukan peringkat dan hasilnya Jerman berada di peringkat pertama negara yang paling aman dari pandemi Covid-19 dengan skor akhir 762,24.
Baca Juga: Hadapi Corona Jokowi Bikin Tim Lagi, Ini Anggota dan Tugasnya
Baca Juga: Vagina Membesar Setelah Melahirkan Normal, dan Bentuknya Berubah?
Sementara Australia berada di peringkat keenam dan Singapura menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masuk dalam peringkat 10 besar daftar negara paling aman dari Covid-19.
Skor yang diberikan tidak hanya melihat seberapa banyak penularan dan kematian yang terjadi.
Namun lembaga yang pertama kali mengeluarkan peringkat daftar negara paling aman dari Covid-19 di bulan Juni lalu juga menilai sejumlah faktor, seperti kesiapan layanan kesehatan, tanggapan dari pemerintah, kesiapan menghadapai gawat darurat, termasuk aspek ekonomi.
Lantas peringkat berapakah Indonesia?
Baca Juga: Potret Covid-19 dengan Cepat Menutupi Paru-paru, Sel Bersilia Dipenuhi Partikel Dalam Gumpalan Besar
Berdasarkan skor yang ada, Indonesia berada di peringkat ke 79 dengan skor 478.46, dimana kategori pengawasan dan deteksi, persiapan layanan kesehatan, dan kesiapan menghadapi gawat darurat yang bahkan jauh tertinggal dari negara Rwanda dan Mexico.
Di kawasan Asia Tenggara, Filipina masih dianggap tidak aman dibandingkan Indonesia, yakni di posisi 101 dan Laos yang berada di peringkat 143, Myanmar di peringkat 146, dan Kamboja di posisi ke 165.
Sudah enam bulan sejak kasus pertama virus corona diumumkan di Indonesia dan data dari John Jopkins University di Amerika Serikat hingga Senin siang (7/9/2020) menunjukkan lebih dari 190 ribu orang di Indonesia tertular virus corona dan lebih dari 8.000 orang meninggal dunia saat pandemi Covid-19.
Baca Juga: Ibu Dengan Rahim Transplantasi Pertama Melahirkan Bayi Sehat di Turki
Para pakar dan praktisi kesehatan di Indonesia telah mendesak agar Pemerintah Indonesia lebih memfokuskan pada peningkatan kapasitas tes, pelacakan, serta pengelolaan isolasi yang baik.
Pemerintah juga telah diminta untuk mengeluarkan kebijakan yang tegas untuk membatasi pergerakan warga, bukannya kebijakan yang malah "kontradiktif" dengan upaya pemutusan rantai penularan virus corona, seperti yang dijelaskan Dr Windhu Purnomo, epidemiolog dari Universitas Airlangga.
"Paling tidak kalau nggak mampu lockdown ya sudah, sekarang tetap tracing, testing dan isolating harus selalu dilakukan dan masif. Ini strategi utama yang tidak bisa ditinggalkan, plus pendisiplinan warga," ujar Windhu kepada ABC Indonesia.
Baca Juga: Positivity Rate Meningkat Tajam, Pemprov DKI Jakarta Ketakutan dengan Jumlah Pasein Covid-19
Sementara masyarakat di Indonesia diminta untuk terus menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dengan tidak melakukan aktivitas secara berkelompok.
Sejumlah pakar juga membuat pemodelan untuk melihat kapan pandemi Covid-19 mencapai puncaknya. Ilmuwan dari ITB, Nuning Nuraini, yang terlibat dalam baik pemodelan awal dan pemodelan mengatakan permodelan yang ada sekarang telah dilakukan dengan melihat tren angka penularan yang belakangan naik.
"Kami menghitung memakai data beberapa hari terakhir dengan angka kasus 2.000 sampai 3.000, berdasarkan itu diperkirakan puncaknya baru akan terjadi akhir tahun ini," kata Nuning.
Baca Juga: Tanda-tanda Awal Tubuh Terinfeksi Virus Corona, Fokus Gejala Ringan yang Biasanya Disepelekan
Berdasarkan analisa lembaga Deep Knowledge Group pandemi virus corona saat ini terus menular di negara-negara berkembang dengan kawasan Asia diperkirakan akan banyak mengalami gelombang kedua.
Kasus penularan virus corona secara rata-rata di dunia telah meningkat hampir empat kali lipat, sementara di Asia saat ini peningkatannya sudah hampir tujuh kali lipat, lebih buruk dari negara-negara di kawasan Amerika Selatan.
India menjadi salah satu penyebabnya, seperti yang dijelaskan laporan tersebut, karena jumlah populasi yang terlalu pada dan kurang memadainya infrastuktur kesehatan. Jika India disebut sebagai "ancaman berskala besar", maka Jepang saat ini menjadi penularan terbanyak yang telah meningkat 28 kali lipat dari 1 Juni hingga 16 Agustus lalu.
Baca Juga: Alasan Banyak Artis Gunakan Napza Sabu-sabu, Termasuk Diakui Reza
Sementara di kawasan Timur Tengah, mencakup Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Qatar, dan bahkan Mesir, tingkat penularannya sedikit lebih rendah dibandingkan tingkat penularan rata-rata global.
Negara-negara yang berada di peringkat terendah dalam daftar negara paling aman dari Covid-19 kebanyakan berada di Afrika, yakni Kawasan Barat Sahara di peringkat 250, Kawasan Somaliland, Mali, dan Sudan Selatan yang berada di atasnya.
Semua data yang digunakan dalam laporan daftar negara paling aman dari Covid-19 ini dikumpulkan dari negara-negara hingga 23 Agustus lalu.(*)
Baca Juga: Update Covid-19; Airlangga Hartanto Beri Kabar Baik, Bansos 600 Ribu Ditransfer Hingga 2021
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,worldometers.info/coronavirus |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar