GridHEALTH.id - Pemerintah resmi menetapkan harga maksimal tes swab atau tes polymerase chain reaction (PCR).
Ketua Tim Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Airlangga Hartarto menyebut, maksimal harga tes swab PCR adalah Rp 900 ribu rupiah.
Hal ini ia sampaikan saat memberikan konfrensi pers yang didampingi oleh Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto pada Jumat (2/10/2020).
"Untuk pengetesan swab test melalui PCR itu harga maksimalnya sudah ditentukan Rp 900.000 ini nanti sesudah diumumkan oleh BPKP Kementerian Kesehatan, Pak Menkes akan membuat surat edaran," ungkap Airlangga saat memberikan keterangan pers, dikutip dari Kompas TV.
Sementara itu, ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia Pandu Riono menyatakan bahwa seharusnya biaya tes PCR disubsidi pemerintah.
"Harusnya semuanya disubsidi oleh pemerintah, supaya bisa membantu peningkatan kapasitas testing yang masih sangat terbatas. Jangan lagi dibebani ke masyarakat," ujar Pandu Riono, dikutip dari CNBC TV, Senin (5/10/2020).
Menurut Pandu, harga atau pelayanan tes PCR hanya bagian kecil dari meningkatkan kapasitas testing.
"Harga komersial dalam menangani pandemi itu kita ada dua harga itu. Harga memang komersial yang tidak disubsidi ya kan seharusnya sekitar hampir Rp 800.000, sedangkan harga pelayanan untuk biaya PCR test itu sekitar Rp 200.000 yang sudah disubsidi oleh pemerintah," ucapnya.
Pandu menjelaskan, Kementerian Kesehatan seharunya mengatur ulang tentang masalah pelayanan testing lantaran testing di Indonesia masih terbatas.
Baca Juga: Anies Baswedan Dikabarkan Sakit Terpapar Covid-19, Wagub DKI Jakarta Angkat Bicara
"Kapasitas testing itu harus dibuka lagi ke semua wilayah, karena terjadi variasi yang sangat besar hanya di Jakarta saja yang sangat tinggi. Sedangkan, di daerah-daerah lain masih sangat rendah," tuturnya.
Selain itu, Pandu menyarankan untuk membantu laboratorium yang sudah ada guna meningkatkan kemampuan.
"Itu yang mau dibantu kapasitas testing-nya harus dibantu laboratorium-laboratorium sudah ada ditingkatkan kapasitasnya, misalnya mengganti dengan mesin yang lebih baru, yang lebih otomatis dengan kapasitas yang lebih besar."
"Tidak perlu membangun baru jadi lab yang sudah ada kita tingkatkan dan kemudian kita membangun jejaring."
"Jadi tidak perlu semua wilayah ada laboratorium. Dengan demikian, sebenarnya itu secara teoritis kita sejak 7 bulan yang lalu bisa meningkatkan kapasitas testing, tetapi itu tidak dilakukan oleh pemerintah karena tidak ada rencana tidak ada peran yang penting dari Kementerian Kesehatan, sehingga sampai sekarang respon pandemi kita tidak optimal," pungkas Pandu Riono. (*)
#hadapicorona
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar