GridHEALTH.id - Infeksi ulang virus corona kini telah dialami oleh sebagian pasien Covid-19 yang telah sembuh.
Padahal sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pasien sembuh dari Covid-19 tak bisa kambuh lagi.
Pasalnya, pasien Covid-19 yang telah sembuh digadang-gadang memiliki respons kekebalan tubuh yang baik.
Namun sebuah penelitian yang dipublikasikan di The Lancet menyebutkan, infeksi ulang (reinfeksi) virus corona menyebabkan tingkat keparahan penyakit yang lebih parah dibanding gejala Covid-19 saat pertama.
Bahkan baru-baru ini, ada seorang pasien reinfeksi virus corona yang dikabarkan meninggal dunia.
Mengutip dari Kompas.com, seorang wanita berusia lanjut di Belanda meninggal dunia setelah terinfeksi virus corona untuk kedua kalinya.
Kasus ini menjadi kematian pertama yang dilaporkan akibat reinfeksi virus corona.
Mengutip BNO News, Senin (12/10/2020), pasien berusia 89 tahun ini juga telah dirawat karena sebuah jenis kanker sel darah putih yang dimilikinya.
Para peneliti mengatakan, saat tiba di unit gawat darurat, wanita ini mengalami demam dan batuk parah.
Ia dikonfirmasi positif virus corona dan dirawat di rumah sakit selama lima hari.
Setelah itu, gejala-gejala yang ditunjukkan mereda, kecuali kelelahan yang terus dialami.
Ia kemudian dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Dua bulan kemudian, dua hari setelah menjalani periode baru kemoterapi, wanita tersebut mengalami demam, batuk, dan dispnea (sesak napas).
Wanita itu pun kembali dinyatakan positif virus corona.
"Pada hari kedelapan, kondisi pasien memburuk. Ia meninggal dua minggu kemudian," kata para peneliti.
Menurut Akiko Iwasaki, seorang profesor imunobiologi di Universitas Yale ada banyak alasan mengapa seseorang menjadi lebih sakit untuk kedua kalinya.
"Mereka mungkin telah terpapar virus pada tingkat yang jauh lebih tinggi untuk kedua kalinya," katanya.
Baca Juga: Niat Demo UU Cipta Kerja Tapi Salah Alamat, 5 Pelajar Berakhir Dengan Rapid Test di Polsek Kembangan
Kemungkinan sisa antibodi dalam tubuh berkisar 10% untuk melawan infeksi kedua. Hal inilah yang memberatkan.
Terlepas dari itu, pimpinan teknis untuk Covid-19 dari WHO, Maria Van Kerkhove, menyampaikan infeksi ulang masih dimungkinkan terjadi, meski seseorang yang telah sembuh dari Covid-19 sudah memiliki antibodi tersendiri di dalam tubuhnya.
Menurutnya, tidak diketahui secara pasti berapa kuat imun tubuh dari virus corona dan berapa lama dia akan bertahan.
Terkait hal itu, Kherkove tetap mengimbau orang-orang tetap mempraktikkan jarak fisik, etika bersin, dan panduan kesehatan lain yang berlaku.
Jika seseorang kembali terpapar virus corona untuk yang keduakalinya, maka ada tiga kemungkinan yang mungkin terjadi.
Pertama, muncul gejala yang lebih buruk dari infeksi sebelumnya yang mengarah ke penyakit yang lebih parah.
Namun sejauh ini belum ada bukti yang cukup kuat untuk hipotesis pertama, meski jumlah kasus di seluruh dunia sudah mencapai angka puluhan juta kasus.
Kedua, akan terjadi gejala yang sama seperti infeksi pertama.
Jika ini yang terjadi, kemungkinan besar tubuh tidak menyimpan memori imunologi yang memadai dari infeksi pertama, sehingga tidak ada cukup pertahanan untuk melindungi diri dari infeksi ulang di masa depan.
Terakhir, ada perbaikan gejala yang mengarah ke keluhan yang lebih ringan atau bahkan tidak ada sama sekali keluhan. (*)
#hadapicorona
Source | : | The Lancet |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar