GridHEALTH.id – Memang benar, salah satu upaya untuk bisa memiliki momongan adalah dengan ikut program bayi tabung.
Sebab peluang keberhasilan program bay tabung terbilang cukup tinggi.
dr. Merry Amelya PS, SpOG dari Morula IVF Jakarta mengatakan, untuk perempuan usia reproduksi peluang keberhasilannya mencapai 50-60%.
Untuk perempuan usia di atas 35 tahun, peluang keberhasilannya akan berkurang setengahnya, menjadi maksimal 30%.
Tapi program ini bukan tanpa resiko.
Baca Juga: Air Kelapa Memang Menyehatkan, Tapi 6 Efek Sampingnya Ini Perlu Dipertimbangkan
Selain risikonya harus menguras buku tabungan yang tidak sedikit, program bayi tabung pun mempunyai beberapa risiko medis, seperti yang dipaparkan dr. Merry Amelya PS, SpOG beriut ini:
1. Mual dan nyeri
Risiko program bayi tabung adalah pihak perempuan bisa mengalami perut kembung, mual, nyeri, bahkan sesak.
Baca Juga: Kampanye CTPS Kemenkes, Cara Efektif dan Murah Cegah Penularan Covid-19
Menurut dr. Merry keluhan tersebut biasanya disebabkan oleh banyaknya telur dan hormon yang dihasilkan selama menjalani program bayi tabung.
“Ketika pihak perempuan disuntik hormon, terkadang muncul keluhan kembung karena telurnya kan biasanya banyak atau nyeri di perut bagian bawah.
Kadang di beberapa pasien yang hormonnya berlebihan itu juga bisa mengalami sesak dan bahkan ada yang perlu dirawat,” ucap dr. Merry.
2. Kehamilan di luar kandungan
Program bayi tabung juga bisa memicu terjadinya kehamilan di luar kandungan.
Akan tetapi, berbeda dengan kehamilan kembar, kehamilan di luar kandungan justru sudah bisa diprediksi dan diantisipasi oleh dokter.
3. Kehamilan kembar
Hal ini dikatakan sebagai risiko, karena sebagian pasangan tidak menginginkan anak kembar.
“Ada memang beberapa pasien yang kita tanam tujuannya untuk anak kembar, tapi ada juga yang sebenarnya tidak diniatkan untuk anak kembar. Jadi, kadang kala kehamilan kembar pada penanaman satu embrio itu merupakan salah satu risiko yang tidak diinginkan,” ujar dr. Merry.
Terjadinya kehamilan kembar ini pun bisa dibilang di luar kuasa dokter yang menangani.
Sebab, ketika proses sudah dilakukan, dokter tidak dapat mengendalikan pembelahan embrio hanya menjadi satu atau bahkan lebih.
“(Sebagian pasangan) kaget sih, karena tidak semua pasangan menginginkan kehamilan kembar. Karena kadang kita tanam satu tapi dia membelahnya menjadi dua di dalam, itu di luar kuasa kita,” sambungnya.
Di luar itu semua, menurut dr. Merry, keluhan-keluhan tersebut jarang sekali terjadi apalagi yang sampai harus dirawat.
Pasalnya, jika menjalani program bayi tabung, kondisi pasien akan terus dikontrol secara teratur.
Dengan begitu, tindakan preventif pun bisa langsung segera dilakukan jika memang risiko-risiko tertentu mulai terlihat.
“Tapi, sedikit sekali yang mengalami keluhan seperti itu, kurang dari 5%. Karena pasien harus kontrol secara teratur. Jadi, ketika kita sudah menangkap ada risiko-risiko terjadi reaksi yang berlebihan karena efek hormon, kita akan segera turunkan dosis," jelas dr. Merry
Bagaimana siap untuk ikut program bayi tabung?(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
Artikel ini telah tayang di nakita.id denga judul;Tak Selalu Berjalan Mulus, Inilah Beberapa Risiko yang Perlu Diwaspadai Jika Anda dan Pasangan Ingin Mencoba Program Bayi Tabung
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar