GridHEALTH.id - Menjadi seorag pasien positif virus corona (Covid-19), bukan berarti mereka tidak bisa sembuh.
Bahkan dengan disiplin melakukan perawatan, para pasien positif Covid-19 pun akan cepat pulih kembali.
Hal ini pun diakui oleh Professor ekonomi di IPMI International Business School Roy Sembel, yang juga merupakan penyintas Covid-19. Bahkan ia memiliki tips tersendiri agar pasien Covid-19 cepat sembuh.
Menurut Roy, disarankan bagi para pasien Covid-19 untuk lebih sering menonton video-video lucu dan tersenyum.
Roy menyampaikan hal itu karena dua hal tersebut banyak membantunya melewati masa sulit saat menderita covid-19.
Baca Juga: Warga Brasil Protes Turun Ke Jalan Tolak Vaksin Covid-19 Asal China, ' Kami Bukan Kelinci Percobaan'
Baca Juga: Investigasi WHO Mencari Tahu Asal Usul Covid-19 Diblokir China, Dulu Welcome, Ada Apa?
Tidak hanya itu ia juga menyarankan agar para pasien juga terus yakin bahwa kondisinya akan lebih baik.
Ia juga menyarankan agar para pasien tetap mengonsumsi makanan sehat dan banyak minum air putih.
Roy juga meminta para pasien tetap produktif untuk mengisi waktu dan menghindari kebosanan selama diisolasi.
Hal itu diungkapkan Roy dalam acara Bincang-Bincang Sabtu Pagi Penyintas Covid-19 yang digelar Lentera Talenta Indonesia secara virtual pada Sabtu (31/10/2020).
Baca Juga: Wuhannya Indonesia Kini Bebas Covid-19, Ini Cara Pemerintahan Risma Tekan Kasus Corona di Surabaya
"Baca cerita yang lucu-lucu, nonton video yang lucu, sambil bernyanyi gembira, punya mindset yang tetap gigih dan bertumbuh. Sering-sering senyum katanya sering senyum bisa meningkatkan daya tahan tubuh," kata Roy.
Sedangkan bagi mereka yang belum terpapar covid-19 ia menyarankan agar masyarakat tetap mempraktikkan gaya hidup sehat.
Roy juga berpesan agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dan 3M yakni Memakai masker, Menjaga jarak, dan Mencuci tangan.
Baca Juga: Ini yang Baiknya Dilakukan Jika Kesusupan Serpihan Benda Tajam di Kulit, Dicungkil Bisa Infeksi
"Lesson learned-nya kalau kata dokter kan lebih baik mencegah daripada mengobati. Jadi mempraktikkan gaya hidup sehat. Selalu laksanakan protokol kesehatanmya, jangan lupa pakai masker, lakukan social physical distance, cuci tangan, menghindari kegiatan di luar yang tidak perlu," ujar Roy.
Roy yang ketika itu berada di New York untuk menjenguk cucunya yang baru lahir mengungkapkan ia dinyatakan positif covid 19 pada 5 April 2020 dan baru dirawat di rumah sakit di sana pada 7 April 2020 karena membludaknya pasien.
Sejumlah gejala yang dialaminya ketika itu antara lain demam dan batuk darah.
Selama menjalani perawatan di sana ia dirawat satu kamar bersama pasien Covid-19 lainnya yang kondisinya lebih parah karena sudah menggunakan ventilator.
Baca Juga: Diare Berlangsung Lebih dari 3 Minggu, Waspadai Tanda Diabetes Tipe 2
Selama dirawat di sana ia mengaku hanya mendapatkan vitamin, makanan bergizi, dan antibiotik untuk mengobati batuk berdarahnya akibat Covid-19 mengingat saat itu baru awal pandemi menyerang Amerika Serikat.
Namun yang membuatnya terkesan di sana adalah dokter dan suster tetap bersikap ramah dan lebih banyak mengajaknya bercanda.
Ia pun baru diperbolehkan menjalani isolasi mandiri di apartemen anaknya pada 11 April 2020 dan baru dinyatakan negatif setelah uji swab pada 29 April.
"Waktu di rumah sakit dokter dan suster di sana kayaknya di-training untuk ramah akhirnya kita banyak bercandanya sambil ketawa-ketawa," imbuh Roy.
Baca Juga: Studi : Wanita yang Masih Haid Cenderung Terlindung dari Serangan Jantung
Sebagaimana diketahui bahagia memang dapat membuat seseorang menjadi lebih sehat ketimbang stres.
Sebab jika ditilik dari sisi medis, diketahui stres memang dapat membuat seseorang tertekan karena tubuh melepaskan hormon yang disebut kortisol.
Berdasarkan laman WebMD, jika kadar hormon kortisol ini meningkat, dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan lainnya.
Selain itu, stres juga dapat menurunkan limfosit tubuh atau sel darah putih yang membantu melawan infeksi.
Semakin rendah tingkat limfosit, semakin berisiko terkena virus, termasuk flu dan pilek biasa.
Dilansir dari Cleveland Clinic, tingkat stres yang tinggi juga dapat menyebabkan depresi dan kecemasan, bahkan bisa mengarah ke tingkat peradangan yang lebih tinggi.
Dalam jangka panjang, tingkat peradangan yang tinggi mengarah ke sistem imun yang terlalu banyak bekerja dan lelah yang tidak dapat melindungi tubuh dengan baik.
Dimana diketahui orang dengan daya tahan tubuh rendah sangat rentan terhadap virus corona dan bahkan bisa sangat parah.(*)
Baca Juga: Seberapa Penting Vaksinasi Covid-19 di Indonesia, Kenapa Harus Dilakukan?
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | WebMD,tribunnews |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar