GridHEALTH.id - Ibu hamil memang harus menjaga kesehatannya demi terhindar dari masalah kehamilan.
Salah satunya wajib minum air putih lebih dari 2 liter per hari.
Baca Juga: Jadi Masalah Kehamilan Paling Umum, Gunakan 8 Cara Ini untuk Usir Kegerahan pada Ibu Hamil
Dilansri dari American Pregnancy Association, ibu hamil minum setidaknya 2,5 sampai dengan 3 liter air putih per hari agar terhindar dari dehidrasi.
Perlu diketahui, dehidrasi merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagi masalah kehamilan yang membahayakan ibu hamil dan janin.
Bahkan kekurangan cairan atau dehidrasi dapat menyebabkan masalah kehamilan pada ketuban.
Baca Juga: Stroke Bisa Terjadi karena Sering Membasahi Kepala Terlebih Dahulu saat Mandi, Benarkah?
Ketua IHWG yang juga dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Budi Wiweko mengatakan, kekurangan cairan akan berdampak pada jumlah cairan ketuban.
"Kalau asupan cairan kurang akan memengaruhi air ketuban. Kalau air ketuban kurang, perkembangan janin terganggu," terang Budi dalam diskusi "Kenali dan Pahami Overhidrasi di RSCM, Jakarta, dikutip dari Kompas.com.
Kekurangan air ketuban atau ketuban kering disebut dengan oligohidramnion.
Ada sekitar 4% wanita hamil memiliki cairan ketuban yang jumlahnya kurang memadai di beberap titik, biasanya ini dialami pada trimester ketiga kehailan.
Baca Juga: 2 Tatalaksana Pengobatan Hipertensi Bagi Pasien Penyakit Jantung di Masa Pandemi Covid-19
Jika ini terjadi pada ibu hamil, dokter akan mengikuti perkembangan kehamilan dengan lebih cermat untuk memastikan bayi tumbuh normal.
Saat mendekati waktu persalinan, dokter akan melihat, apakah nanti persalinan perlu diinduksi atau tidak.
Baca Juga: Selain Madu, Muncul Jamu Palsu Campuran Tepung Maizena dan Bahan Kimia Berbahaya
Pada beberapa kasus yang berat, dokter terpaksa akan mengeluarkan bayi sebelum waktunya.
Kasus air ketuban yang terlalu sedikit pada ibu hamil juga bisa dipicu oleh beberapa faktor risiko, seperti:
- Ibu hamil seringkali mengonsumsi obat-obatan tertentu.
- Usia kehamilan sudah melewati batas normal, sehingga menurunkan fungsi dan kinerja plasenta yang semakin membuat cairan ketuban rendah.
Baca Juga: Menkes Terawan Beri Peringatan Keras Perihal Limbah Medis, Pemerintah Daerah Diminta Proaktif
- Berkurangnya air ketuban di dalam kandungan bisa dikarenakan kebocoran atau dinding ketuban yang pecah, sehingga cairan ketuban banyak keluar dari rahim.
- Timbulnya masalah pada plasenta, sehingga berdampak buruk karena plasenta tidak dapat memberikan asupan nutrisi yang cukup baik untuk janin dalam kandungan.
- Terjadi masalah terhadap perkembangan saluran kemih atau organ ginjal janin dalam kandungan, sehingga produksi air seninya menjadi lebih sedikit.
Ada baiknya ibu hamil selalu melakukan kontrol rutin tiap bulannya ke dokter kandungan guna mengecek jumlah cairan ketubannya. (*)
Baca Juga: Studi: Pasien Sembuh Covid-19 Berisiko Hadapi Beragam Masalah Kehidupan
View this post on Instagram
#bijakGGL #hadapicorona
Source | : | Kompas.com,American Pregnancy Association |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar