GridHEALTH.id - Hasil pengembangan vaksin virus corona (Covid-19) dari perusahaan Amerika Serikat, Pfizer dan Moderna memang menunjukan hasil yang menggembirakan.
Dimana kedua vaksin dari dua perusahaan tersebut persentase keberhasilannya di atas 90%.
Baca Juga: 3 Resep Mujarab Tenaga Kesehatan Indonesia Sembuhkan Pasien Covid-19
Namun belakangan diketahui seorang profesor dari Universitas Tokyo, Prof. Kazunori Kataoka (69) mengungkapkan perbedaan mencolok kedua vaksin tersebut.
Menurutnya ada kelemahan-kelemahan yang harus diperhatikan mengenai pengembangan vaksin yang dilakukan para perusahaan Amerika Serikat itu.
"Tiga hal yang mesti diperhatikan mengenai vaksin anti Corona tersebut yang pertama yaitu keberhasilan yang dibuat berapa persen, kedua mengenai pengangkutan vaksin tersebut nantinya, dan ketiga mengenai penyimpanan vaksin tersebut," kata Prof. Kataoka Rabu ini (18/11/2020) di TV Asahi.
Dari persentase keberhasilan kedua vaksin memang dianggapnya sudah bagus karena berada di atas 90% baik Pfizer maupun Moderna.
Baca Juga: 3 Resep Mujarab Tenaga Kesehatan Indonesia Sembuhkan Pasien Covid-19
Baca Juga: 8 Bulan Pandemi Covid-19, Virus Corona Punya Banyak Titik Kelemahan
Namun dari hal penyimpanan vaksin tersebut ternyata berbeda jauh satu sama lain.
"Vaksin Pfizer disimpan pada suhu minus 70 derajat Celcius sangat rendah sekali perlu alat khusus untuk hal tersebut," tambahnya.
Sedangkan vaksin Moderna cukup disimpan di suhu minus 20 derajat Celcius sehingga alat pendingin biasa pun tidak terlalu khusus bisa dipakai siapa pun di mana pun, lanjutnya.
Baca Juga: Mengenal Darah Haid, Mengapa Ada yang Encer, Kental Atau Berlendir?
Sedangkan penyimpanan vaksin Pfizer hanya 5 hari saja dan vaksin Moderna bisa disimpan selama 30 hari.
"Kedua vaksin apabila dalam suhu antara 2-8 derajat Celcius bisa bertahan yang berbeda jauh. Pfizer bisa bertahan hanya 5 hari dan Moderna bisa bertahan 30 hari," ungkapnya lagi.
Baca Juga: PSBB Dianggap Gagal, Pemprov DKI Jakarta Malah Dapat Penghargaan atas Penanganan Covid-19
Dengan kemampuan bertahan yang lama dan tempat penyimpanan yang hanya minus 20 derajat Celcius itu, Kataoka melihat Moderna lebih cocok dipakai di negara panas di Asia.
Bukan hanya tingkat keberhasilan vaksin dan tempat penyimpanan serta lama bertahan, dalam mendistribusikan vaksin tersebut juga berbeda kesulitannya.
Baca Juga: Fakta, Sinar Matahari Ternyata Bisa Meningkatkan Peluang Kehamilan
"Dengan kepemilikan alat sangat khusus sampai minus 70 derajat celcius akan butuh uang cukup banyak ketimbang peralatan pendingin yang cukup sampai minus 20 derajat celcius sebagai tempat penyimpanan vaksin."
Demikian pula apabila alat pendingin tidak bisa mencapai 2-8 derajat Celcius saat membawa vaksin dari satu negara ke negara lain, akan merusak vaksin itu sendiri dan penyuntikan tidak akan ada hasil.
Baca Juga: Ketua Tim Penanggulangan Covid-19 PB IDI Meninggal Dunia usai 15 Hari Jalani Isolasi
"Belum lagi kekuatan vaksin yang hanya 5 hari saja untuk suhu 2-8 derajat Celcius. Apabila pengangkutan lebih dari 5 hari dalam perpindahan antara negara yang jauh, sampai di tempat vaksin tersebut akan digunakan (disuntikkan), maka vaksin kehilangan fungsinya, tak ada gunanya lagi," tambahnya lagi.
Sementara itu, diketahui vaksin Covid-19 sendiri saat ini tengah ditunggu masyarakat dunia untuk menekan laju pandemi virus corona yang semakin mewabah setiap harinya.
Baca Juga: Studi: Konsumsi Telur Setiap Hari Berisiko Munculkan Diabetes Tipe 2
Vaksin sendiri merupakan produk biologi berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang dilemahkan.
Menurut NHS vaksin diberikan kepada individu yang sehat guna merangsang munculnya antibodi atau kekebalan tubuh guna mencegah dari infeksi penyakit tertentu seperti Covid-19.(*)
Baca Juga: Ilmuwan Turki Buktikan Ribavirin Efektif Dalam Pengobatan Covid-19
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | tribunnews,NHS |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar