Menurut tim di Howard Hughes Medical Institute, penemuan ini menunjukkan, sistem kekebalan orang yang pernah terinfeksi mungkin lebih siap untuk melawan virus jika mereka terpapar lagi.
"Kabar baiknya adalah bahwa orang yang terinfeksi sangat kecil kemungkinannya untuk menjadi sakit lagi, setidaknya selama enam bulan."
Baca Juga: 5 Mitos Tentang Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) yang Perlu Diketahui
Demikian dikatakan oleh salah satu penulis studi, yang merupakan ahli imunologi di The Rockefeller University, New York City, Amerika Serikat, Dr Michel Nussenzweig.
Lalu, peneliti lainnya yang juga ahli imunologi, Dr Christian Gaebler mengatakan ada berita positif lain dari penelitian tersebut.
"Hasilnya menunjukkan, bahwa tidak sulit bagi sistem kekebalan tubuh untuk membuat antibodi yang efektif terhadap SARS-CoV-2," ujar dia.
Baca Juga: Salah Satu dari 5 Panca Indra yang Jarang Mendapat Perhatian, Telinga
Mengingat, tingkat antibodi penyintas Covid-19 umumnya rendah, hadirnya kekebalan tubuh di begitu banyak penyintas yang pulih merupakan tanda positif untuk mengembangkan vaksin.
"Ide kami adalah jika kami dapat menemukan antibodi penawar seperti itu, kami akan tahu bagian mana dari vaksin virus yang harus ditargetkan," ungkap Nussenzweig.
Antibodi mungkin juga memberikan kerangka yang jelas dalam mengembangkan obat untuk mencegah atau mengobati Covid-19.
Sedangkan kekuatan vaksin flu, melansir farmasetika.com (22 Mei 2019), baiknya diberikan pada seseorang setiap satu tahun sekali.
Baca Juga: Waspadai, 6 Situasi yang Menandakan Sudah Terkena Kanker Lambung
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar