GridHEALTH.id - Belakangan ini, media digemparkan dengan adanya penelitian baru yang menyatakan bahwa delirium merupkan sebuah gejala baru Covid-19.
Berdasarkan laman Mayo Clinic, delirium adalah gangguan serius pada kemampuan mental yang mengakibatkan kebingungan berpikir dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan.
Baca Juga: Peneliti Tunjukan Gejala Awal Baru Covid-19 Pada Lansia, 'Gangguan Delirium'
Gangguan mental ini hampir mirip dengan demensia, biasanya ditandai dengan kebingungan parah yang dialami pengidapnya.
Delirium sering dapat dilacak ke satu atau lebih faktor yang berkontribusi, seperti penyakit parah atau kronis, perubahan keseimbangan metabolik (seperti natrium rendah), pengobatan, infeksi, pembedahan, atau keracunan atau penarikan alkohol atau obat.
Baca Juga: Jangan Disepelekan! Gejala Covid-19 Bisa Bertahan Lebih dari 6 Minggu
Kendati demikian, Ketua Satuan Tugas Covid-19 PB IDI Zubairi Djoerban membantah bahwa delirium disebut sebagai gejala baru Covid-19.
"Sebetulnya bukan gejala baru. Sudah pernah dipublikasikan. Di medio November juga sudah ada, baik di Amerika maupun di Inggris," katanya, Kamis (10/12/2020), dikutip dari KompasTV.
Zubairi mengatakan bahwa delirium merupakan gangguan pada saraf pusat, yang biasanya ditemukan pada pasien Covid-19 yang berusia lanjut.
Baca Juga: Banyak yang Percaya Manfaat Bunga Saffron, Tapi Belum Ada Bukti Ilmiahnya Apalagi Secara Medis
"Ini bisa ditemukan pada usia lanjut di atas 65 tahun, apalagi yang masuk ICU itu lebih sering ditemukan. Jadi, pasien covid-19 khususnya pada usia lanjut dapat mengalami delirium," jelas Zubairi.
Sementara itu, beberapa waktu terakhir juga tersebar sebuah infografik yang diduga buatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19.
Baca Juga: Sangat Penting bagi Tubuh, Begini Cara Menghitung Kebutuhan Asupan Cairan dalam Sehari
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito pun lagi-lagi membantah bahwa infografik tersebut bukanlah buatan dari pemerintah.
"Sedang dicari siapa yang membuat info itu. Bukan kami," kata Wiku, Jumat (11/12/2020), dikutip dari Antara News.
Baca Juga: Pemerintah Didesak Lakukan Rem Darurat Nasional, Satgas: 'Kebijakan Harus Memperhatikan Aspek Lain'
Terlepas dari itu, Dokter Spesialis Saraf dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), dr Rubiana Nurhayati, Sp.S. mengatakan bahwa delirium disebabkan karena hypoxia atau kekurangan oksigen di otak.
Kondisi ini sering terjadi pada pasien Covid-19, di mana saturasi oksigen menurun.
Adapun gejala delirium itu sendiri umumnya, seperti tidak berpikir atau berbicara dengan jelas, kurang tidur dan merasa mengantuk, berkurangnya memori jangka pendek, bahkan kehilangan kendali otot (misalnya, inkontinensia). (*)
View this post on Instagram
#hadapicorona
Source | : | Mayo Clinic,Kompas TV |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar