GridHEALTH.id - Menurut Robyn Horsager-Boehrer, M.D, seorang Obstetrics & Gynecology, melansir UT Southwestern Medical Center, dalam tulisannya berjudul '4 common pregnancy-related GI issues, and when to call the doctor', masalah gastrointestinal (GI) sering terjadi selama kehamilan.
Baca Juga: Akrab dengan Dunia Kesehatan, Arif Mujahidin Masuk Top 40 PR Person di Indonesia 2020
Saat bayi tumbuh di dalam rahim, mau tidak mau banyak kenyamanan diri ibu yang terganggu karenanya. Banyak organ di dalam tubuh ibu akan terdesak oleh bayi.
Selain itu, perubahan hormonal dapat memengaruhi pencernaan dan fungsi GI lainnya.
Tapi jangan khawatir, sebagian besar gejala GI datang dan pergi dengan cepat.
Baca Juga: Fakta Tentang Diabetes Basah dan Diabetes Kering, Apa Penyebabnya?
Penangannya bisa dengan apa yang ada di rumah.
Tapi untuk menghindari kemungkinan komplikasi, ibu harus menyadari seperti apa masalah GI yang normal dan tidak. Pun kapan harus menghubungi dokter.
Nah, berikut ini adalah aneka permasalahan perut alias GI yang banyak dialami ibu hamil.
Baca Juga: Ribuan Orang Antre Rapid Test Antigen di Stasiun dan Bandara, Awas Penularan Covid-19
Mual dan muntah
Selama 16 minggu pertama kehamilan, terjadi mual muntah ringan hingga sedang.
Ini adalah morning sickness, dan hal ini kerap dijadikan sebuah pertanda seorang perempuan hamil muda.
Baca Juga: Jokowi Beri Pesan di Hari Ibu Nasional, Coba Lakukan 5 Hal Ini agar Tetap Kuat dan Semangat
Jika ringan bisa ditangani sendiri dengan istirahat dan minum atau makanan makanan hangat.
Jika berat atau sampai mengganggu ibu, dokter dapat merekomendasikan pengobatan untuk mengurangi dehidrasi dan ketidaknyamanan.
Setelah 16 minggu kehamilan, muntah biasanya tidak berhubungan dengan kehamilan dan mungkin disebabkan oleh infeksi.
Dalam kasus yang jarang terjadi, muntah dapat disebabkan oleh masalah medis yang lebih serius, seperti hepatitis, pankreatitis, atau tukak.
Baca Juga: Ibu Hamil Muda Bisa Kentut dan Sendawa Puluhan Kali Dalam Sehari, Waspada Kelebihan Gula
Satui hal yang harus diingat, jika mengalami mual atau muntah setelah trimester pertama kehamilan, jangan menganggapnya terkait dengan kehamilan, dan jangan biarkan dokter berasumsi demikian, tanpa memeriksa penyebab yang mendasarinya.
Sakit maag
Mulas, atau gastroesophageal reflux, mempengaruhi tiga dari lima orang pada populasi umum.
Banyak ibu hamil pada trimester tiga mengalami hal ini.
Baca Juga: Setelah Anosmia, Muncul Parosmia, Gangguan Penciuman Pasien Sembuh Covid-19
Hal ini terjadi dikarenakan, selama kehamilan otot antara esofagus dan perut mengendur karena perubahan hormonal yang berhubungan dengan kehamilan.
Pada saat yang sama, rahim yang tumbuh meningkatkan tekanan pada perut. Kombinasi tersebut merupakan badai yang sempurna untuk mulas.
Solusinya, makan dalam porsi kecil dan lebih sering dapat membantu mencegah mulas.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Dari Tembakau Diklaim Lebih Cepat dan Efisien, Ini Penjelasannya
Perawatan standar - antasida, penghambat pompa proton (Prevacid), atau penghambat H2 (Tagamet atau Pepcid) - umumnya aman selama kehamilan.
Tapi awas, jika mengalami nyeri di bawah tulang rusuk, di perut bagian atas, hubungi dokter segera.
Baca Juga: Perkawinan Dini dan Perceraian Ikut Menyumbang Lahirnya Anak Stunting di Indonesia
Walau jarang, nyeri epigastrik bisa menjadi tanda penyakit hati berlemak atau preeklamsia, penyakit tekanan darah serius yang bisa muncul tiba-tiba selama kehamilan.
Diare
Jika hanya berlangsung beberapa hari, diare biasanya terkait dengan infeksi (biasanya gastroenteritis) atau makan sesuatu yang mengganggu perut.
Periksa dengan dokter untuk menentukan pilihan pengobatan terbaik untuk mengurangi dehidrasi dan durasi penyakit.
Diare yang berkembang tanpa pemicu yang dapat diidentifikasi atau dalam kombinasi dengan nyeri punggung bawah dan peningkatan keputihan atau lendir, dapat menjadi gejala persalinan prematur.
Karenanya hubungi dokter segera jika mengalami kombinasi gejala ini.
Sembelit
Penting diketahui, hormon kehamilan memengaruhi saluran pencernaan bagian bawah, hal ini secara efektif memperlambat transit tinja melalui usus.
Proses gerakan lambat ini memungkinkan lebih banyak air diserap ke dalam tinja, sehingga sulit dikeluarkan.
Baca Juga: WHO : 'Varian Virus Corona Baru Tanpa Bukti Keparahan Malah Menimbulkan Kepanikan'
Vitamin prenatal dan terapi zat besi tertentu juga dapat menyebabkan sembelit.
Di kemudian hari dalam kehamilan, tekanan dari rahim yang membesar juga dapat mempersulit buang air besar, yang meningkatkan risiko wasir.
Karenanya, ibu hamil harus minum lebih banyak cairan dan makan lebih banyak serat.
Karena itu efektif dalam mengurangi dan mencegah sembelit.
Pelunak feses juga aman digunakan.
Sembelit yang lebih parah mungkin memerlukan pencahar ringan.
Konsultasikan dengan dokter tentang perawatan tambahan jika mengalami sakit perut, tinja berdarah, atau wasir yang menyakitkan.(*)
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Sinovac Dinilai Paling Lemah Ketimbang Vaksin Lain, Benarkah?
View this post on Instagram
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar