GridHEALTH.id - Smith Gordon, seorang dokter anak dari Brooklyn mengatakan, orangtua yang panik sering menelepon di tengah malam saat demam anak meningkat.
Padahal, kata Gordon, orangtua sejak awakl perlu mengantisipasi munculnya demam pada malam hari pada anak. Ia juga menjelaskan bahwa demam tinggi akibat infeksi tidak merusak.
“Tubuh memiliki termostat built-in, yaitu hipotalamus di otak, yang menjaga suhu agar tidak cukup tinggi untuk menyebabkan kerusakan,” katanya, dan kejang demam (kejang singkat, gemetar dan mungkin kehilangan kesadaran yang mempengaruhi beberapa anak kecil) diakibatkan oleh bagaimana suhu cepat naik, bukan setinggi apa pun.
Kejang demam merupakan penyebab kejang pada anak yang paling umum. Kondisi ini dapat menimpa anak usia 3 bulan hingga 5 tahun, meski anak usia 1 sampai 1,5 tahun lebih umum mengalaminya.
Penyebab tubuh anak kejang saat demam belum diketahui secara pasti, namun hal ini diketahui berkaitan dengan kenaikan suhu tubuh yang terlalu cepat dan kemampuan tubuh anak untuk beradaptasi terhadap peningkatan suhu tubuh.
Pada anak yang rentan secara genetik, kejang dapat terjadi jika suhu naik dengan cepat bahkan pada suhu rendah, misalnya dari 37,22 menjadi 38,22 derajat Celcius.
Baca Juga: Mengapa Kita Begitu Khawatir Dengan Demam? Padahal Ini Manfaatnya
Baca Juga: Gula adalah Gula, Hati-hati dengan Berbagai Penamaan yang Bikin Terkecoh
"Kejang demam itu mengerikan dan menakutkan untuk diperhatikan orangtua, tetapi tidak menyebabkan kerusakan apa pun," kata Gordon.
Dia menambahkan, bagaimanapun, bahwa demam mengkhawatirkan pada bayi yang sangat muda yang memiliki sistem kekebalan yang belum matang dan belum divaksinasi untuk penyakit serius.
Lihat postingan ini di Instagram
Meskipun mengetahui manfaat demam melawan infeksi, Gordon mengatakan dia akan tetap merekomendasikan pengobatan untuk menurunkan demam jika seorang anak, terutama anak nonverbal, sangat menderita dan mungkin tidak bisa tidur atau makan.
Orang dewasa umumnya disarankan untuk mencari pertolongan medis jika demamnya naik di atas 39,44 derajat Celcius.
Orangtua juga harus mempertimbangkan bagaimana suhu diukur sebelum menginterpretasikan hasil.
Suhu telinga biasanya sedikit lebih tinggi dari suhu mulut, yang pada gilirannya lebih tinggi dari suhu ketiak atau dahi.
Untuk memastikan pembacaan yang andal, suhu bayi baru lahir harus diukur dengan termometer rektal, kata Gordon.
Baca Juga: Mutasi dan Varian Virus Tantangan Menghadapi Pandemi Covid-19, WHO
Baca Juga: Stadium Kanker Usus Besar, Pengobatan Disesuaikan dengan Tahapan
Tetapi untuk anak-anak yang lebih tua dengan demam, jumlah pasti derajatnya tidak terlalu penting kecuali mereka belum diimunisasi, katanya.
Dia menyarankan agar dokter memperingatkan orangtua sebelumnya untuk mengantisipasi peningkatan demam pada malam hari pada anak dan menjelaskan bahwa demam tinggi akibat infeksi tidak merusak.
Sebagian besar kejang demam pada anak tidaklah berbahaya dan bukan merupakan tanda adanya epilepsi atau kerusakan otak.
Kejang demam juga tidak menyebabkan anak mengalami penurunan kemampuan belajar atau gangguan mental.
Baca Juga: Kekuatan Genggaman Tangan Bisa Mendeteksi Risiko Diabetes Tipe 2
Baca Juga: Kram Menstruasi: Tiga Posisi Tidur Terbaik Untuk Meredakan Nyeri Perut
Namun, orangtua tetap perlu waspada. Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, demam yang diikuti dengan kejang dapat menjadi tanda dari meningitis atau gangguan serius lainnya. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | nakita.grid.id,American Pediatrics Association |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar