GridHEALTH.id – Salah satu relawan uji vaksin Covid-19 buatan China meninggal dunia.
Pihak universitas yang melakukan uji coba, menyampaikan kabar tersebut, seperti dilansir Reuters, Rabu (27/1/2021).
Kejadian ini ini tentu sangat tidak menyenangkan dan menakutkan di masa pandemi Covid-19.
Baca Juga: Waspadai Diabetes + Obesitas = Diabesitas, Sumber Berbagai Penyakit
Tak terkecuali di Indonesia yang mana kasus Covid-19 nya sudah menyentuh satu juta lebih per hari ini (28 Januari 2021).
Sedangkan meninggal total sudah 2885 orang. Sembuh 831 ribu orang.
Kejadian meninggalnya relawan vaksin Covid-19 yang membuat banyak orang takut terjadi di Amerika Latin, tepatnya di Peru.
Kita tahu Peru sedang melakukan uji coba vaksin Covid-19 China dari perusahaan farmasi Sinopharm Group Co Ltd.
Menengok kebelakang, kejadian mengerikan saat uji coba vaksin Covid-19 di Peru bukan terjadi kali ini.
Beberapa waktu lalu, Peru menghentikan sementara uji klinis vaksin Covid-19yang diproduksi oleh produsen China Sinopharm, setelah terjadi masalah neurologis di salah satu sukarelawan uji coba.
Dikutip dari AFP pada Sabtu (12/12/2020), Institut Kesehatan Nasional mengatakan bahwa mereka menghentikan uji coba vaksin Covid-1, setelah seorang relawan mengalami kesulitan menggerakkan lengan mereka.
"Beberapa hari yang lalu peringatan sudah kami berikan kepada otoritas regulasi, yaitu bahwa salah satu peserta uji coba menunjukkan gejala neurologis yang mirip dengan kondisi yang disebut sindrom Guillain-Barre," kata kepala peneliti German Malaga dalam komentarnya kepada media lokal, dikutip dari The Daily Mail (11/12/2020).
Baca Juga: Lewat Penggunaan yang Tepat, Pil KB Paling Efektif Mencegah Kehamilan
Untuk kasus meninggalnya relawan vaksin Covid-19 di Peru yang terjadi beberapa waktu lalu, melansir Tribunnews.com (28 Januari 2021), menurut Universitas Cayetano Heredia, yang terlibat dengan penelitian, atas instruksi regulator kesehatan Peru, mengatakan relawan itu meninggal bukan karena vaksin.
Sebab, relawan yang meninggal itu hanya menerima plasebo, bukan vaksin.
"Penting untuk memastikan bahwa kematian relawan tidak terkait dengan vaksin karena dia menerima plasebo. Oleh karena itu kami akan melaporkan kepada badan regulasi dan etika yang relevan dan mempertahankan jalannya studi fase tiga ini," kata perwakilan universitas dalam sebuah pernyataan kepada media.
Baca Juga: Bermodal Selang Oksigen di Hidungnya, Pasien Covid-19 Ini Rela Nyetir Cari RS yang Mau Menampung
Adapun Kepala peneliti di Universitas Cayetano Heredia, German Malaga mengatakan kepada Reuters melalui telepon, bahwa relawan yang meninggal diketahui mengidap diabetes.
Menurut Malaga peneliti uji coba vaksin Covid-19 telah memberikan dua dosis vaksin atau plasebo kepada 12.000 relawan.
"Proses ini masih akan terus berkembang dan tidak akan mundur. Hal-hal ini bisa terjadi, Covid adalah penyakit yang menyebabkan kematian," katanya.
"Pesan kami kepada para relawan adalah untuk menjaga diri mereka sendiri karena kami tidak tahu apakah mereka menerima vaksin atau plasebo," tambahnya.
Universitas mengatakan dalam pernyataannya bahwa relawan telah menerima "semua perawatan yang diperlukan untuk mengobati penyakit ini dan komplikasinya" dan "berjuang untuk hidupnya" selama lebih dari seminggu.(*)
Baca Juga: Jokowi Akhirnya Umumkan Kapan Masyarakat Umum Dapat Vaksinasi Covid-19, Ini Jadwalnya
View this post on Instagram
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Source | : | tribunnews,AFP,dailymail.co |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar