GridHEALTH.id - Kontraksi saat hamil muda memang dianggap sebuah momok paling mengerikan bagi ibu hamil.
Bagaimana tidak, kontraksi saat hamil muda bukan hanya menyebabkan maslaah kehamilan, namun juga dapat membahayakan janin dalam kandungan.
Baca Juga: Pijat saat Hamil Muda Berisiko Keguguran, Coba lakukan 4 Cara Aman Ini untuk Redakan Pegal
Kontraksi umumnya memang terjadi menjelang persalinan.
Kontraksi saat hamil muda bisa dinilai wajar ataupun tidak wajar.
Adapun beberapa yang wajib ibu hamil ketahui terkait kontraksi saat hamil muda, yaitu:
Kontraksi saat hamil muda dianggap wajar
Dilansir dari laman Nakita.id, Dr. Frizar Irmansyah, SpOG (K) menyebutkan kontraksi saat hamil muda dianggap wajar, jika:
• Terjadi sesekali atau frekuensinya jarang. Rahim yang berkontraksi menandakan bahwa reseptor oksitosin dalam rahim sudah terbentuk. Oksitosin merupakan hormon yang bertanggung jawab untuk merangsang kontraksi pada rahim saat proses persalinan. Ketika reseptor sudah terbentuk, rahim ibu hamil mudah terangsang.
• Durasi kontraksi tidak boleh lama (sekitar 10 detik).
• Tidak menimbulkan rasa sakit/nyeri. Contoh kontraksi di awal kehamilan yang wajar adalah kontraksi yang terjadi setelah ibu hamil banyak berjalan atau melakukan suatu pekerjaan. Kontraksi muncul karena rahim terangsang akibat kelelahan.
Kontraksi saat hamil muda dianggap tidak wajar
Hal ini terjadi jika:
• Frekuensi atau durasi kontraksi 1—2 menit. Hal ini bisa pertanda adanya suatu yang sifatnya patologis.
Penyebab:
• Infeksi yang dialami ibu hamil. Infeksi ini akan mengeluarkan hormon prostaglandin yang dapat menimbulkan demam dan merangsang kontraksi.
• Adanya suatu gangguan pada janin, seperti gangguan kromosom. Tubuh akan memberikan sinyal bahwa janin tidak dalam kondisi baik.
Apa yang harus dilakukan?
Baca Juga: Memulai Menstruasi Lebih Awal Mudah Alami Depresi Saat Dewasa
Untuk mengetahui lebih pasti penyebab kontraksi karena masalah patologis tentu harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter.
Dokter akan melihat serta menghitung, seberapa sering ibu hamil mengalami kontraksi.
Untuk memastikan ada tidaknya masalah pada janin bisa dilakukan tes darah pada ibu hamil.
Jika ada masalah, misalnya inkompetensi serviks atau rahim ibu hamil tidak kuat menahan janin, akan dilakukan penguatan dengan menggunakan obat atau operasi.
Bahayakah bila ibu hamil tak mengalami kontraksi?
Jika ada ibu hamil yang mengalami kontraksi di trimester berapa pun, ada pula ibu hamil yang tidak mengalami kontraksi sepanjang kehamilan.
"Bila tak ada kontraksi di awal atau pertengahan kehamilan, oke-oke saja. Tapi kontraksi justru sangat dibutuhkan menjelang persalinan," ujar Frizar.
Bila tak ada kontraksi, ada risiko kehamilan lewat waktu karena kontraksi merupakan penanda, reseptor hormon oksitosin terbentuk/bekerja.
Bila tidak ada kontraksi, berarti reseptor hormon ini tidak bekerja.
Sampai sekarang, penyebabnya belum diketahui.
Pada kondisi ini, kontraksi bisa dirangsang dengan menggunakan obat dalam bentuk infus.
Bila kontraksi tetap tak muncul, yang berarti induksi klinis gagal, persalinan akan segera dilakukan dengan operasi.
Penundaan tindakan operasi dapat meningkatkan risiko janin mengalami hipoksia (kekurangan oksigen).
Kabar baiknya, angka kejadian ibu hamil tidak mengalami kontraksi menjelang persalinan ini sangatlah sedikit.
Nah, itulah beberapa hal yang perlu ibu hamil ketahui jika mengalami kontraksi saat hamil muda. (*)
View this post on Instagram
#hadapicorona
Source | : | Nakita.ID |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar