GridHEALTH.id - Beberapa waktu belakangan, varian baru virus corona terus bermunculan.
Bahkan, beberapa varian baru virus corona tersebut dikabarkan lebih mudah menyerang anak-anak, dan tak mempan disuntik vaksin Covid-19.
Namun di tengah kehebohan tersebut, para peneliti juga dikagetkan adanya pasien Covid-19 yang menderita infeksi virus corona dengan 2 jenis varian corona yang berbeda.
Melansir dar The Strait Times, para peneliti di Brasil Selatan mengatakan mereka telah menemukan dua pasien yang terinfeksi dua jenis virus corona secara bersamaan.
Baca Juga: Epidemiolog hingga IDI Desak Jokowi Terapkan PSBB Ketat, Akankah Indonesia Lakukan Lockdown Total?
Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang meningkatnya jumlah varian di negara tersebut.
Para peneliti mengatakan ,penelitian mereka akan menjadi yang pertama di dunia yang mengkonfirmasi koinfeksi dengan dua jenis virus.
Diketahui, dua pasien tersebut berusia 30 tahunan.
Mereka terinfeksi pada akhir November dengan varian P2 yang diidentifikasi di Rio, Brasil, dan juga terinfeksi varian B1128.
Kedua pasien tersebut dilaporkan mengalami gejala Covid-19 ringan, dengan batuk kering pada satu kasus, serta batuk, sakit tenggorokan, dan sakit kepala pada kasus kedua.
Baca Juga: Fakta Ilmiah BPA pada Galon Guna Ulang Air Minum Mineral, Berbahaya?
Melihat adanya kasus tersebut, para peneliti khawatir jika adanya koinfeksi akan lebih cepat dan mudah terjadi di waktu mendatang.
"Koinfeksi ini dapat menghasilkan kombinasi dan menghasilkan varian baru bahkan lebih cepat daripada yang telah terjadi," kata ketua peneliti studi Fernando Spilki, seorang ahli virus di Universitas Feevale di negara bagian Rio Grande do Sul.
"Ini akan menjadi jalur evolusi lain untuk virus," sambungnya.
Menurut Spilki, beberapa varian baru tersebut dapat kebal terhadap vaksin Covid-19.
"Varian baru membawa risiko penularan yang lebih besar dan kemungkinan resistansi terhadap vaksin yang saat ini sedang dikembangkan."
"Mutasi yang ditemukan pada varian virus corona di Inggris dan yang lebih baru di negara bagian Amazonas, Brasil, tampaknya membuat virus lebih menular."
"Kasus-kasus tersebut menunjukkan viral load yang signifikan yang beredar di Brasil karena koinfeksi hanya dapat terjadi ketika virus yang berbeda ditularkan dalam jumlah yang tinggi," kata Dr. Spilki. (*)
View this post on Instagram
#hadapicorona
Source | : | The Strait Times |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar