Terlepas dari itu, melansir dari laporan ilmiah yang dibuat oleh Responsible Purchasing Network dengan judul THINK OUTSIDE THE BOTTLE - bottled water alternatives, yang dipublikasikan sustainability.tufts.edu, disebutkan;
96 persen air kemasan yang dijual di A.S. pada 2005 dijual dalam wadah polietilen tereftalat (PET) berbahan dasar minyak bumi (CRI, 2007).
Pada 2006, hampir 900.000 ton PET digunakan untuk membuat botol untuk konsumsi AS.
Diperkirakan, untuk memproduksi botol-botol ini membutuhkan penggunaan energi yang setara dengan lebih dari 17 juta barel minyak, dan menghasilkan lebih dari 2,5 juta ton karbon dioksida (Pacific Institute, nd) - kira-kira jumlah CO2 yang sama yang dipancarkan oleh 400.000 kendaraan penumpang dalam satu tahun (EPA, 2007a).
Dari sini bisa dilihat, meski PET dianggap kurang beracun daripada banyak plastik, pembuatan resin PET menghasilkan emisi udara beracun dalam bentuk nikel, etilbenzena, etilen oksida, dan benzena (EC, 1996).
Lebih lanjut, hampir 50 miliar botol plastik PET baru diproduksi pada tahun 2005 dari bahan virgin (bahan baku utama) daripada bahan daur ulang, sehingga menghasilkan tambahan gas rumah kaca (CRI, 2007).
Lainya, sebagian besar botol air plastik dibuang sebagai sampah karena PET tidak bisa diguna ulang. 2004, hanya 14,5 persen botol minuman non karbonasi yang terbuat dari PET yang didaur ulang.
Pada 2004, hampir 40 persen botol PET untuk didaur ulang di AS diekspor — sering kali ke China — membutuhkan energi tambahan untuk diangkut (EPI, 2006).
Baca Juga: Ragu Divaksin Covid-19? Wajib Membaca Artikel A to Z Vaksin Berikut ini
Dalam proses daur ulang ini, muncul kekhawatiran tentang lemahnya standar lingkungan dan keselamatan pekerja dari pendaur ulang.
Paslanya bisa menghasilkan lebih banyak polusi sekaligus membahayakan kesehatan pekerja (Vidal, 2004).
Ketika botol dibakar di insinerator industri, bahan berbahaya seperti klorin dan dioksin dapat dilepaskan ke dalam udara (CRI, 2007).(*)
#Berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Source | : | tribunnews,kemenperin.go.id,Medic.upm.edu.my,Sustainability.tufts.edu |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar