GridHEALTH.id - Masalah kehailan mungkin bisa terjadi pada ibu hamil yang telihat sehat secara fisik.
Bahkan, akibat maslaah kehamilan yang tidak diketahui ini bisa membahayakan keselamatan janin dalam kandungan.
Baca Juga: 6 Item Pemeriksaan Kesehatan Harus Dilakukan Sebelum Menikah
Untuk itu, sebagai ibu hamil yang serdas, wajib menghidari kemungkinan munculnya masalah kehamilan agar tidak membahayakan janin dengan melakukan tes darah.
Dalam tes darah, ibu hamil tidak hanya harus mengetahui golongan darah saja.
Baca Juga: Berat Badan Harus Naik Tiap Bulan, Berapa Idealnya Kenaikan BB pada Ibu Hamil?
Ada hal lain yang tak kalah penting dari golongan darah, yaitu rhesus (Rh).
Rhesus atau faktor rhesus adalah kadar protein khusus atau antigen D pada permukaan sel darah merah.
Setiap ibu hamil diwajibkan mengetahui rhesus diri sendiri dan pasangan.
Pasalnya, perbedaan faktor rhesus dapat membahayakan keselamatan janin dalam kandungan.
Berdasarkan laman National Heart, Lung, and Blood Instiitue, kasus ibu hamil dan bayi yang memiliki rhesus berbeda disebut dengan ketiidakcocokan rhesus atau rhesus incompatibility.
Kondisi ini terjadi jika seorang ibu hamil memiliki Rh-negatif, sedangkan bayinya Rh-positif.
Baca Juga: Chalazion Serupa dengan Bintitan tapi Bisa Membuat Penglihatan Kabur
Saat hamil, darah dari bayi bisa masuk ke aliran darah ibu hamil, terutama saat melahirkan.
Jika ibu hail dengan Rh-negatif dan bayi lahr dengan Rh-positif, tubuh ibu hamil akan bereaksi terhadap darah bayi sebagai zat asing.
Tubuh ibu hamil akan membuat antibodi (protein) melawan darah Rh-positif bayi.
Antibodi ini dapat melewati plasenta dan menyerang sel darah merah bayi.
Hal ini dapat menyebabkan anemia hemolitik pada bayi.
Ketidakcocokan Rh biasanya tidak menimbulkan masalah selama kehamilan pertama.
Namun, pada wanita yang sudah pernah melahirkan sebelumnya, hal ini bisa berdampak buruk. Bayi seringkali lahir sebelum banyak antibodi berkembang.
Selain itu, ada beberapa kemungkinan yang terjadi jika ibu hamil mengalami ketidakcocokan RH, yaitu:
Baca Juga: Diklaim Berhasil Tekan Laju Kasus Covid-19, Jokowi Perpanjang PPKM MIkro hingga 8 Maret 2021
- Persalinan lebih awal (prematur), ibu hamil mungkin mengalami perdarahan atau trauma perut (misalnya, dari kecelakaan mobil) selama kehamilan.
- Kehamilan ektopik (hamil di luar rahim), keguguran, atau aborsi yang dipaksakan.
- Transfusi darah yang tidak sesuai atau transplantasi sel induk darah dan sumsum.
- Suntikan atau tusukan dengan jarum atau benda lain yang mengandung darah Rh-positif.
Meski demikian, ketidakcocokan Rh dapat dicegah dengan imunoglobulin Rh, selama obat diberikan pada waktu yang tepat.
Namun, begitu ibu hamil telah membentuk antibodi Rh, obat tidak akan membantu lagi.
Oleh karena itu, wanita yang memiliki darah Rh-negatif harus diobati dengan imunoglobulin Rh selama dan setelah setiap kehamilan atau setelah kejadian lain yang memungkinkan darahnya bercampur dengan darah Rh-positif.
Perawatan prenatal dini juga dapat membantu mencegah beberapa masalah yang terkait dengan ketidakcocokan Rh.
Misalnya, dokter dapat mengetahui lebih awal apakah ib hamil berisiko untuk kondisi tersebut.
Baca Juga: Rusia Laporkan Ada Infeksi Flu Burung H5N8 untuk Pertama Kalinya, Apa Itu?
Jika berisiko, dokter akan dapat memantau kehamilan dengan cermat, dan akan mengawasi tanda-tanda anemia hemolitik pada bayi dan memberikan perawatan sesuai kebutuhan.
Jadi, bagi para ibu hamil sangat diwajibkan untuk menjalani tes kehamilan bahkan tes darah lengkap untuk mengetahui faktor rhesus yang dimiliki. (*)
Baca Juga: WHO Umumkan 7 Gejala Baru Covid-19 yang Tidak Umum, Ini Daftarnya
View this post on Instagram
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | nhlbi.nih.gov |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar