3) Dukung kata-kata dengan tindakan
Jika orangtua memberi tahu anak bahwa mereka tidak bisa bermain sebelum mereka membersihkan kamar mereka dan orangtua akhirnya membersihkannya untuk mereka ketika mereka pergi bermain, tindakan yang dilakukan orangtua tidak sesuai atau mendukung kata-katanya sendiri.
Lihat postingan ini di Instagram
Jika orangtua kerap melakukan hal ini, tanpa sadar mereka mengirimkan pesan campur aduk kepada anak, dan mereka mulai percaya bahwa peraturan itu tidak berarti apa-apa. Pastikan kata-kata orangtua diikuti dengan tindakan nyata.
4) Jangan permisif tindakan buruk
Misalnya, seorang anak mendapatkan apa yang diinginkannya dengan menangis. Jika orangtua berhenti menanggapi tangisan anak, anak tersebut tidak akan berhenti begitu saja.
Alih-alih menangis selama 10 menit seperti di masa lalu, anak mungkin mulai menangis selama berjam-jam dan beberapa yang tidak bisa menghadapi hal ini pada akhirnya akan memberikan apa yang diinginkannya.
Pada akhirnya anak mulai bernalar bahwa jika mereka cukup menangis mereka akan mendapatkan apa yang mereka minta. Orangtua harus teguh dalam hal peraturan mereka.
Baca Juga: Diet Mediterania, Pola Makan Paling Baik Bagi Kesehatan Jantung
Baca Juga: Orangtua Tak Perlu Khawatir, Mengisap Jempol Hingga Usia Batita Wajar
5) Jadilah panutan dengan tindakan
Anak belajar atas apa yang dilakukan orangtua. Jadi semua tindakan orangtua harus dipikirkan masak-masak sebelum diperlihatkan pada anak.
Ini terutama terjadi ketika mereka memasuki tahap pengembangan pemecahan masalah mereka.
Misalnya jika orangtua memisahkan pertengkaran antara mereka dan saudara mereka dengan berteriak, mereka belajar bahwa berteriak adalah cara untuk mengakhiri perkelahian.
Source | : | parent24.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar