GridHEALTH.id- Daerah terpencil di Republik Demokratik Kongo (DRC) di benua Afrika adalah salah satu hotspot wabah pes (plak/plague) tertua di dunia. Wabah telah meningkat sejak akhir tahun 2020 di daerah terpencil di perbatasan Uganda dan Sudan.
Wabah pertama kali terdeteksi pada tahun 1926 di Provinsi Ituri, daerah terpencil di timur laut DRC. Otoritas kesehatan di provinsi itu mengatakan "hotspot Kongo adalah yang tertua di dunia."
"Penyebaran wabah tidak berhenti sejak ditemukan. Ia muncul dan menghilang. Sekarang, telah kembali setelah 40 tahun. Populasinya tidak siap," kata ahli epidemiologi lingkungan Anne Laudisoit, yang merupakan bagian dari tim multidisiplin yang dikirim ke Amerika Serikat seperti dilansir Agence France-Presse (AFP) (26/02/2021).
Sejak November 2020, lebih dari 15.330 dugaan infeksi wabah telah dicatat, termasuk tujuh kematian, menurut catatan wadah para epidemiolog seluruh dunia.
Penularannya ke manusia melalui kutu yang terinfeksi pada hewan pengerat, terutama tikus hitam. Untuk mencari makanan, tikus yang membawa kutu masuk ke rumah orang.
“Penduduk tidak menyadari bahaya yang ditimbulkan kutu dan tikus terhadap penularan dan persistennya wabah tersebut,” Michel Mandro, seorang dokter Kongo yang bekerja di departemen kesehatan regional menjelaskan.
Baca Juga: Waspada, Diabetes Bisa Menyebabkan Infeksi Jamur Pada Vagina Wanita
Dia mencatat bahwa laboratorium regional yang mengkhususkan diri dalam menganalisis jenis epidemi, yang telah lama ada di provinsi itu, sudah berhenti beroperasi selama lebih dari 30 tahun karena wabah pes dianggap sudah hilang.
Source | : | Agence France Presse |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar