GridHEALTH.id - Kehamilan dapat menimbulkan berbagai emosi bagi kita, termasuk merasa cemas atau stres.
Namun, stres sebenarnya bagian hidup yang normal dan bahkan tidak selalu buruk.
Stres adalah reaksi normal terhadap perubahan besar (seperti kehamilan).
Dalam beberapa kasus, stres bahkan mungkin baik untuk orang-orang karena dapat mendorong mereka untuk mengambil tindakan dalam menghadapi tantangan baru.
Namun, terlalu banyak stres dapat membuat kita kewalahan dan bahkan dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi diri sendiri dan bayi.
Yang lebih mengkhawatirkan dalam kehamilan adalah stres kronis yang tidak dapat kita hilangkan. Mereka dapat meningkatkan kemungkinan komplikasi seperti kelahiran prematur dan angka kelahiran yang rendah.
Dilansir dari pregnancybirthbaby.org.au dalam artikel 'Stress and pregnancy' (Juni 2020), sebagian wanita mengetahui bahwa saat hamil bisa menjadi pengalaman yang membuat stres.
Kita bisa merasa kehilangan kendali atau tidak memiliki cukup sumber daya untuk mengelola apa yang akan dialami.
Baca Juga: Satu Tahun Menikah dan Rutin Melakukan Hubungan Intim Tapi Tak Kunjung Hamil, Ini Penyebabnya
Stres bisa berasal dari kehamilan yang tidak direncanakan, atau hamil setelah pengalaman negatif sebelumnya dengan kehamilan, kelahiran atau keibuan, seperti keguguran atau kematian bayi.
Hal ini bisa membuat stres saat menunggu hasil tes antenatal, dan berurusan dengan perubahan fisik kehamilan atau kehamilan yang rumit.
Kita mungkin telah memperhatikan bahwa stres dapat muncul di tubuh dengan tanda tanda seperti sakit kepala, sulit tidur, atau makan berlebihan. Hati-hati, hal tersebut bisa mempengaruhi bayi kita juga.
Baca Juga: Satu Tahun Menikah dan Rutin Melakukan Hubungan Intim Tapi Tak Kunjung Hamil, Ini Penyebabnya
Dilansir dari healthline.com dalam artikel 'Stress and Its Effect on Your Baby Before and After Birth' (26/08/19), ini lah beberapa risiko bagi bayi dan kehamilan jika kita mengalam stres.
Preeklamsia
Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan yang mempengaruhi tekanan darah dan organ. Hal ini dapat menyebabkan kelahiran bayi lebih awal.
Penelitian menunjukkan bahwa jika kita sudah memiliki tekanan darah tinggi, ibu hamil berisiko lebih besar terkena preeklamsia selama kehamilan.
Ini adalah kesalahpahaman umum bahwa stres kronis dapat menyebabkan hipertensi jangka panjang. Stres dapat menyebabkan lonjakan tekanan darah jangka pendek.
Lebih lanjut, tidak semua orang dengan hipertensi kronis mengalami preeklamsia.
Keguguran
Sebuah tinjauan studi tahun 2017 menghubungkan stres prenatal dengan peningkatan risiko keguguran.
Baca Juga: Studi : Berhenti Merokok Bikin Kebahagiaan Meningkat dan Usir Stres
Para peneliti menemukan bahwa wanita yang mengalami peristiwa besar kehidupan negatif atau paparan stres psikologis dua kali lebih mungkin mengalami keguguran dini.
Tinjauan tersebut juga menyebutkan bahwa penyedia layanan kesehatan cenderung meremehkan risiko stres yang dapat ditimbulkan dalam kehamilan.
Mungkin hal tersebut diungkapkan untuk meyakinkan wanita hamil dan tidak menyebabkan lebih banyak stres.
Baca Juga: Senam Pelvic Pria, Atasi Stres Hingga Bikin Hubungan Intim Makin Mesra
Ingatlah bahwa kemungkinan keguguran setelah 6 minggu (yang merupakan waktu kebanyakan wanita memastikan kehamilan) cukup kecil.
Kelahiran prematur dan angka kelahiran rendah
Studi kecil lainnya menghubungkan stres dengan kelahiran prematur (persalinan sebelum 37 minggu kehamilan).
Bayi prematur lebih cenderung mengalami keterlambatan perkembangan dan gangguan belajar. Sebagai orang dewasa, mereka cenderung memiliki masalah kesehatan kronis, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
Yang juga berkorelasi adalah berat badan lahir rendah (beratnya kurang dari 5 1/2 pon). Di sisi lain, bayi prematur lahir setiap hari, dan sebagian besar berhasil dengan baik.
Poin utamanya adalah untuk menghindari penambahan faktor risiko (seperti stres) ke kehamilan jika kita bisa (atau mencari pengobatan), karena semakin sedikit faktor risiko, semakin baik hasilnya.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Source | : | healthline.com,pregnancybirthbaby.org.au |
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar