GridHEALTH.id - Menurut Ma’ruf Amin penyakit Tuberkolosis (TB) sangat serius.
Indonesia, menurutnya, negara dengan beban penyakit tuberkolosis (TB) tertinggi ketiga di dunia dengan perkiraan 845.000 kasus.
Ma’ruf juga menyampaikan bahwa dari jumlah kasus tuberkolosis di Indonesia, baru 68 persen yang sudah ditemukan obatnya.
Artinya, 32 persen lainnya yang belum ditemukan obatnya berpotensi menjadi sumber penularan bagi masyarakat.
Padahakl, laporan WHO 2020 menyebutkan ada sekitar 1,4 juta orang yang meninggal akibat penyakit TB pada tahun 2019.
"Indonesia merupakan negara dengan beban tuberkulosis tertinggi ketiga di dunia setelah India dan China," kata Ma'ruf di acara peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia secara virtual, Rabu(24 Maret /2021) yang dikutip dari Kompas.com.
Peringatan hari TB sedunia yang diselenggarakan setiap tahun, sebenarnya bukan hanya sekedar dan sebatas penyakit TB sangat serius.
Tapi lebih kepada meningkatkan kesadaran dan melek ilmu kesehatan, bahwasannya TB ini bisa disembuhkan. Walau penyakit yang menyerang paru-paru ini mematikan.
Baca Juga: Di Tengah Wabah Corona, Kasus TBC di Indonesia Tinggi, 93 Ribu Pasien Meninggal Dunia di Indonesia
Hal ini sesuai dengan sejarah lahirnya hari TB sedunia yang diperingati setiap 24 Maret.
Asal muasal lahirnya peringatan hari TB sedunia ini, melansir Yayasan KNCV Indonesia (6 Maret 2020), pada artikel 'Sejarah Hari TBC Sedunia', disebutkan hari TB sedunia ini lahir pada 24 Maret 1882,
Saat itu, seorang ilmuwan bernama Dr. Robert Koch mengumumkan penemuan bakteri bernama Mycobacterium tuberculosis di University of Berlin's Institute of Hygiene.
Bakteri ini yang kemudian kita tahu sebagai penyebab penyakit tuberkulosis.
Penemuan Koch ini dilatarbelakangi dengan kondisi dimana tuberkulosis tengah menyerang hampir di sebagian besar Eropa dan Amerika.
Penemuan Koch tersebut menjadi langkah besar dalam membuktikan bahwa tuberkulosis dapat disembuhkan.
TBC merupakan penyakit serius yang menyerang paru-paru dan menyebabkan kematian bagi penderitanya bila tidak diobati dengan tepat.
Selang satu abad setelah Koch mengumumkan temuannya, International Union Against Tuberculosis dan Lung Disease (IUATLD) mengusulkan agar 24 Maret diperingati sebagai Hari TBC Sedunia secara resmi.
Pada tahun 1995, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan KNCV Foundation menjadi tuan rumah diselenggarakan pertemuan hari TBC sedunia pertama di Den Haag, Belanda. Dan kemudian setahun setelahnya, WHO, KNCV, IUATLD, dan organisasi terkait lainnya bergabung untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam peringatan hari TBC sedunia.
Baca Juga: Gara-gara Rokok, Istri Indra Bekti 3 Hari Koma dan Paru-parunya Menghitam
Adapun tema besar hari TB sedunia 2021, melansir Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarat, Kemenkes (24 Maret 2021), yaitu “Setiap Detik Berharga, Selamatkan Bangsa dar iTuberkulosis” dengan sub tema:
1. “Jadikan Penerus Bangsa Bebas TBC dan Stunting Dimulai dari Diri Sendiri dan Keluarga”
2. “Bersama Eliminasi TBC dan Lawan COVID-19, Bangun Bangsa Sehat dan Berprestasi”
Adapun tujuan peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2021 kali ini;
* Menempatkan TBC sebagai isu utama semua sektor di setiap tingkatan
* Memperkuat komitmen dan kepemilikan semua pihak untuk berperan dalam upaya program pencegahan dan pengendalian TBC
* Meningkatkan sense of urgency Isu Tuberkulosis di Indonesia, baik dikalangan Pemerintah (K/L dan Pemerintah Daerah) dan pada masyarakat pada umumnya
* Menunjukkan adanya leadership commitment dalam upaya eliminasi TBC di Indonesia
Output dari kegiatan tersebut, yaitu:
* Meningkatkan komitmen Kementerian/lembaga lain dan Pemerintah Daerah untuk eliminasi TBC
* Adanya leadership statement dalam menekankan isu TBC yang harus segera ditindaklanjuti oleh semua pihak
Baca Juga: Tips Supaya Bayi Tidak Terinfeksi Bakteri TBC, Lakukan 4 Hal Berikut
* Terbentuknya kampanye dan pesan bersama bersama antara stunting dan TBC yang dapat digunakan untuk sosialisasi secara massive pada masyarakat
* Tersedianya media release oleh setwapres berkaitan dengan urgency di Indonesia.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Source | : | Yayasan KNCV Indonesia,Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarat |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar