Menurutnya hal ini terjadi lantaran sistem imun manusia yang sangat kompleks.
"Dimana kekebalan tidak hanya ditentukan oleh antibodi, banyak faktor dan sel imun lain yang juga berperan tapi tidak semua bisa diperiksa," tulis dokter yang akrab disapa Ning.
Disebutkan juga bahwa sekitar 2-10 % orang sehat, gagal membentuk antibodi pada kadar tertentu setelah vaksinasi rutin.
Kondisi non responder sudah pernah dilaporkan terjadi pada beberapa vaksin sebelumnya dengan prevalensi yang bervariasi, misal pada vaksin Hepatitis B, hepatitis A, dan influenza.
Baca Juga: Seorang ASN Kotamobagu Alami Kaki Bengkak Usai Divaksin Covid-19, Ternyata Ini Penyebabnya
Demikian pula efektivitas vaksin covid-19.
"Efektifitas vaksin tidak tergantung berapa kadar antibodi, tapi ditentukan oleh sistem imun masing-masing orang, perilaku dan pola hidup bersih dan sehat, faktor vaksin itu sendiri, dan varian virus yang ada di sekitar," jelas Ning.
View this post on Instagram
"Jadi tinggi rendahnya titer antibodi tidak bisa menunjukkan pasti kekebalan seseorang," sambungnya.
Dalam unggahannya, dijelaskan bahwa kegagalan vaksin terbagi menjadi dua jenis yaitu primer dan sekunder.
Adapun kegagalan primer yaitu sejak awal suntikan dan booster tidak terbentuk antibodi yang optimal.
Lalu kegagalan sekunder yaitu terbentuk antibodi tetapi tidak bisa melindungi secara adekuat dari infeksi alami.
Baca Juga: Vaksinasi vaksin Covid-19 di Jakarta Capai 45%, Lansia Paling Banyak
Source | : | NHS,Instagram |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar