GridHEALTH.id - Penelitian vaksin Nusantara dipastikan terus dilanjutkan.
Bahkan tim peneliti di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta mengatakan, penelitian vaksin Covid-19 tersebut selesai setidaknya dalam 2,5 bulan.
Hal itu disampaikan langsung oleh peneliti utama vaksin Nusantara Kolonel Jonny seperti dilansir dari CNN Indonesia (20/4/2021).
Menurut Jonny saat ini pihaknya melibatkan 180 relawan yang berasal dari berbagai kota di Indonesia.
Dimana para relawan tersebut akan diambil sampel darahnya untuk kepentingan penelitian.
"Untuk penelitian yang sekarang ini kurang lebih sekitar 2,5 bulan. Selesai penelitian kami akan audit sesuai dengan Good Clinical Practice (GCP) atau tidak. Kemudian kami akan lengkapi semua, pelaporan dan evaluasi," ujarnya.
Jonny mengatakan selanjutnya tidak ada uji klinis tahap III dalam proses penelitian tersebut.
Namun, apabila penelitian akan dilanjutkan, maka pihaknya akan membuat desain penelitian baru.
Baca Juga: Lewat Program Home Care dan Home Delivery, Vaksinasi Covid-19 Lansia Kini Aman dan Mudah
Terkait izin edar dan komersialisasi vaksin besutan mantan Menteri Kesehatan dr. Terawan Agus Putranto itu, Jonny mengaku belum menargetkan hal tersebut.
Ia mengatakan peneliti di RSPAD saat ini masih fokus pada penelitian sel dendritik sebagai salah satu upaya pembuatan vaksin covid-19 di Indonesia.
"Saya kira masih terlalu jauh ya untuk bicara apabila vaksin jadi dan diedarkan dan lain sebagainya, kami masih meneliti vaksin dendritik ini bagus atau tidak," ungkapnya.
Baca Juga: Setelah Jokowi Mendukung, Siti Fadilah Supari Siap jadi Relawan Vaksin Nusantara:
Lebih lanjut, Jonny juga menuturkan bahwa sampai saat ini proses penelitian tetap berjalan normal.
Bahkan ia mengklaim animo relawan terhadap vaksin Nusantara cukup besar yang membuat pihaknya harus menutup proses pendaftaran relawan.
"Yang mendaftar sudah full, sudah tidak bisa menerima relawan lagi. Banyak sekali yang mengantre, bahkan dari luar kota banyak," klaimnya.
Baca Juga: Vaksin Nusantara Menurut Siti Fadilah Supari, Jangan Dijegal, Akan Untungkan Indonesia
Jonny menjelaskan bahwa saat ini tim peneliti di RSPAD berjumlah tiga orang.
Nantinya, sampel relawan yang telah diambil akan diteliti, dipaparkan dengan komponen pembuatan vaksin Nusantara, untuk selanjutnya diinkubasi dan akan disuntikkan kembali ke tubuh relawan pasca proses 8 hari.
Nasib vaksin Nusantara sendiri telah ditentukan melalui nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Kementerian Kesehatan, BPOM, dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) pada Senin (19/4).
Baca Juga: Vaksin Nusantara Memanas, pengobatan 'cuci otak' dr Terawan Kembali Diungkit yang Membuatnya Dipecat
Vaksin Nusantara disepakati hanya dilakukan guna kepentingan penelitian dan pelayanan.
Artinya, proses vaksin Nusantara ini bukan uji klinis vaksin untuk dimintakan izin edar oleh BPOM.
Sementara itu, diketahui sebelumnya penelitian vaksin Nusantara ini menjadi polemik setelah BPOM menolak untuk memberikan rekomendasi uji klinis tahap 2.
Banyak alasan bagi BPOM untuk tidak merestui Vaksin Nusantara.
Baca Juga: Vaksin Nusantara Gagasan dr Terawan Dibombardir Kritikan Negatif, Dua Profesor 'Pasang Badan'
Salah satunya, menurut BPOM berdasarkan data studi vaksin Nusantara, tercatat 20 dari 28 subjek atau 71,4% relawan uji klinik fase I mengalami Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) dalam grade 1 dan 2.
Efek samping yang ditimbulkan antara lain gatal, nyeri, hingga bertambahnya kadar kolesterol dalam darah.
Pembuatan Vaksin Nusantara dinilau BPOM ada kelemahan-kelemahan terkait penjaminan mutu dan keamanan.
"Semua pertanyaan (saat hearing) dijawab oleh peneliti dari AIVITA Biomedica Inc, USA, di mana dalam protokol tidak tercantum nama peneliti tersebut. Peneliti utama: dr Djoko (RSPAD Gatot Subroto) dan dr Karyana (Balitbangkes) tidak dapat menjawab proses-proses yang berjalan karena tidak mengikuti jalannya penelitian," papar Kepala BPOM Penny Lukito, dalam keterengan tertulisnya (14/4/2021).
Tapi kini, mengenai hal ini sudah diteken Nota Kesepahaman antara KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Kepala BPOM Penny K Lukito.
Penelitian vaksin Nusantara itu tidak boleh dikomersilkan dan hanya dipergunakan untuk diri pasien sendiri.
Nantinya, penelitian ini akan dilanjutkan di RSPAD Gatot Subroto.(*)
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Gridhealth.id,Cnnindonesia |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar