GridHEALTH.id - Pandemi Covid-19 pertama kali muncul di kota Wuhan, China, pada 1999.
Isunya yang paling santer dan kuat hingga saat ini karena kebocoran di laboratorium bilogi Wuhan.
Saat terjadi pandemi Covid-19 di Wuhan, terjadi lockdown di sana oleh pemerintah.
Baca Juga: Dokter: 'Skinny Jeans Bisa Membuat Wanita Jadi Korban Fashion'
Hingga akhirnya, pukul 0:00 tanggal 8 April 2020, Wuhan mendeklarasikan kemenangan melawan virus dengan secara resmi membuka lockdown kota setelah 76 hari.
Setelah satu lewat Wuhan membuka lockdown, kemacetan lalu lintas, dan kerumunan orang sudah kembali normal.
Ini jelas menunjukkan bahwa Wuhan telah "bangkit" dan ekonomi kota telah pulih.
Pada akhir 2020, total output ekonomi Wuhan telah kembali ke 10 teratas China, dan indikator ekonomi utama untuk kuartal pertama 2021 diperkirakan akan tumbuh lebih dari 50%.
Titik paling cerah adalah sektor-sektor seperti produksi industri dan real estat, tumbuh lebih cepat dari rata-rata nasional dalam dua bulan pertama tahun ini, dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019.
Penjualan real estat di kota berpenduduk 11 juta orang juga meningkat, terutama karena harga rumah di Shanghai dan Beijing meningkat.
Seorang broker real estat mengungkapkan penjualan apartemen kini melonjak.
"Orang kaya kembali membeli properti setelah menundanya karena wabah," katanya.
Selain itu, berbagai kegiatan komersial, budaya dan olahraga di Wuhan telah dimulai kembali satu per satu.
Industri otomotif adalah industri terbesar di kota Wuhan
Dibandingkan dengan 2019, penjualan Dongfeng Honda Automobile, usaha patungan Honda di China, meningkat 40,6% menjadi 135.000 kendaraan dalam dua bulan pertama tahun 2021.
Baca Juga: Manfaat Yoga Mulai dari Hilangkan Stres Hingga Turunkan Berat Badan
Meskipun ekonomi Wuhan kembali menguat, proses pemulihan baru setengah jalan.
Menurut Nikkei Asian Review, penjualan ritel dan pariwisata Wuhan berada di bawah rata-rata nasional.
Karena hal ini, toko kecil dan menengah sangat terpengaruh.
Baca Juga: Manfaat Yoga Mulai dari Hilangkan Stres Hingga Turunkan Berat Badan
Ini dianggap sebagai "efek samping" dari kebijakan anti-epidemi yang kuat yang diterapkan Pemerintah China lebih dari setahun lalu.
Nikkei mencatat bahwa pada akhir pekan, di pusat perbelanjaan Guanggu International Plaza yang terletak di pusat kota, hanya ada beberapa orang yang lewat.
"Toko demi toko tutup sejak Juli tahun lalu karena COVID-19."
"Sekarang, hanya ada sekitar 10 toko di sini," kata seorang karyawan.
Pusat perbelanjaan lain, Luxiang Plaza Shopping Center, bahkan harus menutup gedung secara permanen pada 1 April 2021.
Juli lalu, Wang, 40, harus menutup toko rotinya dan menderita kerugian 500.000 yuan atau sekitar Rp 1,1 miliar karena perlambatan bisnis akibat COVID-19.
Baca Juga: Minuman Manis Membunuh 184.000 Orang Setiap Tahun, Studi Terbaru
Pelajaran yang bisa kita petik, pandemi Covid-19 tidak hanya berbicara soal penyakit imfeksi, tapi juga ekonomi dan seluruh aspek kehidupan manusia.
Wuhan, walau sudah memenangi perang dengan Covid-19, hingga saat ini kondisi kota dan masyarakatnya belum pulih 100 persen seperti semula.
Padahal sudah satu tahun bebas dari Covid-19.(*)
Baca Juga: 5 Bahan Pengganti Santan, Sehat dan Lezat Rayakan Idul Fitri
#berantasstunting
#HadapoCorona
#BijakGGL
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar