Korban jiwa dari konflik kedua negara ini adalah warga sipil yang hak hidupnya dirampas atas nama peperangan.
Yang lebih menyayat hati, banyak korban jiwa yang terkena serangan bom dari Israel ini merupakan anak-anak.
Tidak cuma nyawanya yang menjadi taruhan, ratusan anak-anak harus kehilangan orangtua dan sanak saudaranya akibat ledakan bom yang bisa kapanpun saja terjadi.
Peristiwa peperangan yang terus terjadi di Jalur Gaza tidak hanya membuat anak-anak yang hidup di wilayah ini harus bersiap untuk segala kemungkinan terburuk saat perang sedang pecah.
Mereka yang berhasil selamat juga harus meneruskan hidup dengan segala ingatan mengerikan akan perang yang pernah menghancurkan tempat hidup dan orang-orang yang mereka sayangi.
Posttraumatic stress disorder (PTSD) akibat perang
Sudah bukan menjadi rahasia lagi jika posttraumatic stress disorder (PSTD) sama sekali bukan hal yang baru bagi anak-anak yang tinggal di wilayah Jalur Gaza.
Melansir dari laman American Psychiatric Association, gangguan stres pasca trauma (PTSD) adalah sebuah gangguan kejiwaan yang mungkin terjadi pada orang yang pernah mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis seperti bencana alam, kecelakaan serius, aksi teroris, perang / pertempuran, atau pemerkosaan atau yang diancam akan dibunuh, kekerasan seksual atau cedera serius.
Baca Juga: 4 Penyakit Mulut Akibat Kebiasaan Jorok dan Kelalaian yang Dilakukan Berulang Tiap Hari
Source | : | kompas,ALJAZEERA,psychiatri |
Penulis | : | Anisa Rahmatika |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar