GridHEALTH.id – Beberapa waktu yang lalu, artis penyanyi internasional Lady Gaga, melalui acara The Me You Can't See yang dipandu oleh Oprah Winfrey dan Pangeran Harry, menceritakan pengalaman pemerkosaan yang ia alami ketika berusia 19 tahun.
“Saya berusia 19 tahun dan saya sedang melakukan pekerjaan saya, tiba-tiba seorang produser berkata kepada saya, 'lepaskan pakaianmu,'” kata Lady Gaga.
Lady Gaga mengaku bahwa ia bersikeras menolak dan berusaha pergi meninggalkan produser tersebut, namun sang produser mengancam akan membakar album rekamannya jika ia menolak dan terus memaksa Lady Gaga.
Lady Gaga yang kala itu masih berusia cukup muda pun tidak beradaya dan hanya bisa membeku dan tidak ingat apa-apa ketika sang produser yang tidak mau ia sebutkan namanya itu memaksanya melakukan hubungan seksual.
Tidak hanya sampai di situ, sang produser juga sama sekali tidak mau bertanggung jawab ketika Lady Gaga hamil dan malah mencampakannya.
Kejadian ini jelas memberi luka yang dalam pada diri Lady Gaga.
Diceritakan melalui program The Me You Can't See, Lady Gaga bahkan sempat mengalami kondisi “psychotic break” yang parah beberapa tahun setelah kejadian itu terjadi.
"Saya tidak pernah menanganinya, dan kemudian tiba-tiba saya mulai mengalami rasa sakit luar biasa di seluruh tubuh saya yang terasa seperti rasa sakit yang saya rasakan setelah saya diperkosa." ujar Lady Gaga.
Baca Juga: Bekerja Lebih 55 Jam Per Minggu Tingkatkan Risiko Kematian, PBB
Cerita Lady Gaga tentang pemerkosaan yang dilakukan oleh petinggi label perusahaan musik ini bukan yang pertama kali diceritakan oleh Lady Gaga.
Pada tahun 2014, Lady Gaga pertama kali membuka suara tentang trauma yang dialami di masa lalu itu.
Namun, baru pada program The Me You Can't See ini lah, Lady Gaga benar-benar menceritakan bagaimana kejadian pemerkosaan itu telah sangat mempengaruhi kondisi mental dan fisiknya.
Apa itu “psychotic break”?
Ketika mendengar istilah “psychotic break” seperti yang dialamai oleh Lady Gaga, pasti bayangan yang terlintas di benak kita adalah kondisi gengguan mental yang membuat pengidapnya memiliki masalah-masalah tertentu.
Dilansir dari laman Rethink Mental Illness, “psychotic break” atau juga yang dikenal dengan nama psikosis ini adalah sebuah istilah untuk menggambarkan gangguan mental yang ditandai dengan pengidapnya yang memiliki realitas yang berbeda dengan orang lain.
Yang dimaksud dengan realitas berbeda ini dikarenakan pengidap psikosis memproses dunia sekitarnya secara berbeda dengan orang lain, baik dari cara memandang atau mempercayai suatu hal yang pada kenyataanya tidak ada.
Pengidap gangguang psikosis biasanya akan melihat atau mendengar hal-hal yang tidak dilihat atau didengar orang lain.
Baca Juga: Tak Hanya Melepaskan Stres, Ini Manfaat Lainnya dari Menangis yang Jarang Sekali Diketahui
Itulah sebabnya pengidap psikosis dikatakan mengalamai “istirahat dari kenyataan”.
Melansir dari National Alliance on Mental Illness, ada banyak faktor yang dapat membuat seseorang mengidap gangguan psikosis seperti misalnya termasuk faktor genetika, trauma, penggunaan zat, penyakit fisik, cedera, atau kondisi kesehatan mental lain.
Namun, sebenarnya masih belum begitu jelas bagimana gangguan psikosis dapat berkembang pada seseorang.
Yang jelas, ketika pengidap psikosis berada dalam “episode psikosis” maka pada dasarnya otak pengidap sedang dalam kondisi stres yang berlebihan.
Stres ini sendiri tentu saja dapat diakibatkan oleh berbagai kondisi termasuk seperti trauma mendalam yang dialami oleh Lady Gaga.
Gejala psikosis pada umumnya ditandai dengan 3 hal berikut:
Bentuk halusinasi yang dialami pegidap psikosis seperti misalya mendengar dan melihat hal-hal yang tidak didengar dan dilihat orang lain atau merasakan sesuatu menyentuh tangan pengidap psikosis ketika pada kenyataannya tidak ada yang menyentuhnya.
Delusi yang biasanya dialami oleh pengidap psikosis membuat pengidap mempercayai suatu kondisi seolah-seolah benar-benar terjadi padahal itu hanya terjadi dalam pikiran mereka.
Baca Juga: Jika Anak Mengalami Hal Ini Di Masa Pandemi, Berarti Psikologisnya Sedang Terganggu
Seperti misalnya, pengidap psikosis mempercayai bahwa orang-orang di sekitar mereka sedang diam-diam mencoba untuk membunuh mereka dan pikiran semacam ini lainnya.
Bentuk gangguan kognitif yang dialami pengidap psikosis pada umumnya berhubungan dengan tindakan mental seperti misalnya mengalami masalah berkonsentrasi, masalah daya ingat, kesulitan memahami informasi dan sebagainya.
Untuk menangani kondisi gangguan mental psikosis ini, pengidap harus melakukan konsultasi dan terapi dengan dokter atau psikiater sembari diberi penanganan obat.
Baca Juga: 4 Obat Bebas Wajib Dihindari Selama Kehamilan, Di Antaranya Ibuprofen
Source | : | The Guardian,rethink mental illness,national alliance mental illness |
Penulis | : | Anisa Rahmatika |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar