GridHEALTH.id - Juli 2021, bulan depan, umat Islam akan merayakan hari raya Idul Adha.
Dalam perayaan Idul Adha, ada pemotongan hewan qurban.
Karenanya Idul Adha kerap juga disebut di Indonesia dengan hari raya qurban.
Setiap Idul Adha pula, di setiap lingkungan dan juga Masjid di Indonesia akan dibentuk panitia qurban.
Mereka bertugas dalam prosesi penyembelihan hewan qurban, pemotongan daging qurban, hingga membagikannya ke masyarakat.
Untuk itulah panitia qurban perlu dan penting mempunyai pengetahuan mengenai kehalalan, higienis, dan kesehatan hewan qurban, juga daging yang akan dibagikan ke masyarakat.
Ini penting untuk diperhatikan karena daging qurban untuk dikonsumsi masyarakat.
Jika tidak halal, higienis dan juga sehat, tentu tidak layak untuk disembelih dan juga di konsumsi dagingnya.
Penting diketahui, kehalalan, higienis dan kesehatan daging qurban ditentukan oleh;
1. Hewan yang akan disembelih.
2. Proses penyembelihan.
3. Proses pemotongan daging qurban.
Mengenai ketiga hal tersebut Prof. Dr. Ir. Nurliyani, MS, dari Universitas Gajah Mada (UGM) mengingatkan daging kurban perlu dijaga kehalalannya, higienitasnya, dan kesehatannya.
“Kualitas pangan yang dikonsumsi menentukan kualitas SDM. Untuk membentuk manusia yang sehat dan produktif diperlukan asupan gizi yang cukup. Gizi yang cukup diperoleh dari konsumsi pangan yang memenuhi kaidah aman, bergizi, berimbang dan beragam (AB3),” ujar Nurliyani, dikutip dari laman Fakultas Peternakan UGM (3/7/2020), dalam artikel 'Teknik Penyembelihan Hewan Kurban dan Penanganan Daging Yang Higienis'.
Selain itu, manusia disarankan mengonsumsi makanan yang aman, sehat, utuh, dan halal, disingkat ASUH.
Baca Juga: Diabetes Pada Bayi, Tes Ini Dapat Memprediksi Risiko Diabetes Tipe 1 Sejak Persalinan
Jadi daging yang ASUH yaitu tidak mengandung bibit penyakit dan residu obat-obatan, bergizi dan berguna bagi kesehatan, tidak dicampur dengan bagian lain dari hewan lain, dan ditangani sesuai sengan syariat Islam.
Untuk bisa mendapatkan daging qurban ASUH, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Kontaminasi kuman
Nurliyani mengungkapkan, ada beberapa sumber kontaminasi kuman yang bisa terjadi pada hewan qurban.
Baca Juga: Warga DKI Usia 18 ke Atas Sudah Bisa Dapat Vaksin Covid-19 Gratis, Ini Syaratnya!
Pertama, dari hewan sendiri, yaitu dari kaki, kulit, dan bulu.
Kedua, dari kotoran, saluran pencernaan, dan kulit (30%)."
Ketiga, pisau penyembelihan, khususnya dari awal sayatan terbesar.
Keempat, pengulitan dan pembersihan karkas.
Kelima, tangan, pakaian, dan peralatan kotor.
Harus diketahui, "Proses mengangkat, memotong, menimbang, dan membungkus daging menyumbang risiko kontaminasi hingga sebesar 50%,” jelas Nurliyani.
Agar daging higienis
Agar daging higienis, ada beberapa syarat peralatan yang harus dipenuhi.
Pertama, pisau tajam, panjang, tidak berkarat.
Baca Juga: 5 Tips Untuk Membantu Menghindarkan Diri dari Penyakit Infeksi Menular
Kedua, alas plastik, wadah daging, dan talenan harus bersih.
Ketiga, kandang penampungan kering dan teduh.
Keempat, tempat penyembelihan kondisinya kering dan terpisah dari sarana umum.
Kelima, tersedia tempat khusus untuk pemotongan daging dan penanganan jeroan terpisah dari penanganan daging.
Nurliyani menambahkan, perlu dilakukan pemeriksaan pada ternak sebelum dipotong sebagai pertahanan pertama penularan penyakit dari daging yang dikonsumsi.
Pemeriksaan ini dilakukan 12 jam sebelum dipotong.
Baca Juga: Sering Tidur di Waktu Berikut? Awas Ancaman Penyakit Infeksi Menular
“Setelah disembelih, ada beberapa cara penanganan daging yang dapat dilakukan, yaitu pemisahan kepala dan bagian-bagian lain dilakukan setelah hewan mati. Hewan digantung pada kaki belakang untuk menyempurnakan pengeluaran darah yang masih tersisa untuk mencegah kontaminasi hewan." kata Nurliyani.
Nurluyani pun mengatakan, darah harus keluar sebanyak-banyaknya karena jika masih tersisa, kuman yang tumbuh akan membuat daging cepat busuk,”
Sedangkan untuk menjaga higienitas daging, hindari tangan manusia kontak langsung dengan daging, lalat atau serangga lain, peralatan yang kontak dengan daging, air kotor, alas/tanah yang kotor.
Untuk petugas/panitia kurban perlu menjaga kebersihan diri, mengenakan pakaian yang bersih, dan sering mencuci tangan.
Peralatan juga harus bersih dan terbuat dari bahan yang tidak mencemari daging.(*)
Source | : | Fakultas Peternakan UGM - Hewan Qurban |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar