GridHEALTH.id - Selama beberapa tahun terakhir obesitas telah menyebar seperti ke seluruh dunia seperti pandemi, meskipun fakta bahwa itu adalah gangguan gaya hidup, yang terutama terjadi karena kebiasaan makan yang buruk.
Namun, gaya hidup yang sibuk dan kehidupan yang berorientasi pada tenggat waktu juga dapat berdampak buruk pada kesehatan dan menyebabkan ketidakseimbangan gaya hidup yang mengarah pada obesitas.
Banyak dokter telah memperingatkan bahaya obesitas, di antaranya dampak obesitas terhadap indra pengecap atau perasa dan kondisi langit-langit mulut.
Sesuai penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Integrative Neuroscience, persepsi rasa diketahui berubah dengan obesitas.
Sesuai pengamatan, ditetapkan bahwa diet tinggi lemak menghasilkan respons yang tumpul, tetapi lebih umum, terhadap rasa di otak dan asosiasi rasa yang melemah.
Menurut peneliti dan profesor utama, Patricia Di Lorenzo, psikologi, Universitas Binghamton, anehnya kita tidak memiliki banyak informasi tentang bagaimana obesitas berdampak pada tubuh.
Baca Juga: Obesitas Pada Anak Timbulkan Penyakit Pinggul di Usia Dewasa Muda
Kita sering memilih makanan berdasarkan preferensi selera kita, tetapi obesitas mengubah respons rasa kita di otak.
Sebuah tim peneliti selanjutnya mengamati ini dan menemukan bahwa obesitas berdampak pada respons terhadap rangsangan rasa di nukleus traktus solitarius, bagian otak yang terlibat dengan pemrosesan rasa.
Meskipun penelitian ini dilakukan pada tikus dan diamati bahwa respons terhadap rangsangan rasa dari sel tunggal di batang otak tikus yang dibuat gemuk dengan memberi makan makanan tinggi lemak.
Mereka menemukan bahwa respons rasa pada tikus gemuk ini berkurang ukurannya, durasinya lebih pendek dan membutuhkan waktu lebih lama untuk berkembang, dibandingkan dengan tikus tanpa lemak.
Baca Juga: PPKM Diperluas Wilayahnya di Luar Jawa dan Bali, Ini Daftar Wilayahnya
Baca Juga: 7 Pengobatan Rumahan Hemat Biaya Hilangkan Flek Hitam di Wajah
Namun, ketika menyangkut manusia, hasilnya dapat bervariasi dari individu ke individu. Selain itu, hasilnya akan kurang lebih sama dalam hal respons.(*)
Source | : | Medical News Today |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar