Probe didapat dari sequencing genom, alias membaca urutan genetik kode RNA virus, & diambil bagian yg merupakan ciri penanda.
Selanjutnya probe ini berguna seperti template, kalau ada sample yg mengandung virus, dia akan mencocokkan urutan RNA nya apakah sesuai dengan probe yg spesifik SARS-Cov2 tadi.
Makanya akurasi PCR itu > 95% (hampir seakurat whole genome sequencing, cuma lebih murah):
Jadi, gak ada itu ceritanya PCR salah deteksi.
Kalau memang pemerintah bikin-bikin, harusnya dari awal heboh COVID-19 di dunia, negara kita sudah bisa mengumumkan kasus covid tanpa impor reagen & probe dari luar negri.
4. Yang meninggal karena dari RS, mereka meninggal karena interaksi antar obat yang diberikan RS.
Ini tuduhan berat ke semua RS di seluruh dunia.
Faktanya, banyak juga yang meninggal di rumah bukan di RS.
Bahkan prosentase yg sembuh dari RS jauuhh lebih banyak daripada yg meninggal, banyak yg meninggal juga karena telanjur parah ga segera dibawa ke RS akibat masifnya hoax RS mengcovidkan pasien.
Kalau ini cuma plandemi, kenapa semua RS di dunia melaporkan kesembuhan covid-19 ini 80%? Kenapa tidak dibuat 0% sekalian?
5. Interaksi antar obat bisa menyebabkan asidosis laktat yg menyebabkan kematian pasien
Baca Juga: 11 Cara Supaya Lansia Tak Terpapar Covid-19, Tips dari Kemenkes
Nah, ini bagian yang paling sering diulang-ulang Lois.
Padahal yang benar, asidosis laktat adalah salah satu efek yang ditimbulkan dari infeksi virus COVID-19.
Asam laktat atau asidosis laktat ini diproduksi ketika kadar oksigen dalam darah rendah, terutama dalam sel.
Lagipula, interaksi obat apa dengan apa? Sebagian yg diberikan di RS adalah vitamin. Dan penelitian obat itu jalurnya lama & panjang untuk menjamin keamanannya.
Berbagai obat digabung justru untuk saling menguatkan efeknya, bukan sebaliknya. Dan tentu saja gabungan obat tidak bisa dengan mudah menyebabkan kematian.
Penelitian justru menemukan level acid dalam darah itu justru INDIKATOR AWAL keparahan covid, artinya ini bisa dideteksi sejak dini sebelum menuju parah, bukan dibalik.
Dan metabolik asidosis itu hanya SALAH SATU dari efek keparahan virus covid, tidak khas harus ini:...
Sindrom pernapasan akut merupakan akibat SARS-CoV-2 berikatan dengan reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) untuk memasuki sel target.
Penelitian telah menunjukkan reseptor ACE2 memiliki peningkatan aktivitas di cholangiocytes di mana SARS-COV-2 dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yg bisa menyebabkan asidosis, ini karena efek hipoksia (kadar oksigen rendah dlm sel & jaringan tubuh)
6. Pandemi ini ujung-ujungnya jualan vaksin
Halooo masih ingat wabah SARS 2003 dan MERS? Itu sudah sampai dibikin vaksinnya tapi tidak jadi dilepas di pasaran.
Baca Juga: Bukan Hanya Lezat, Rutin Konsumsi Brokoli Nyatanya Punya Banyak Manfaat Luar Biasa Bagi Tubuh
Kok bisa?
(Salah satunya) Karena tidak ada OTG, sehingga penularan tidak tinggi dan wabah berhasil dikontrol tanpa vaksin.
Jadi tidak benar pandemi ini untuk jualan vaksin!
7. Pakai masker ga masuk akal, krn ga menutup telinga. Kalau virus bisa masuk hidung mulut, bisa masuk telinga jg donk?
Virus hanya bisa infeksi sel yg ada di membran mucus, sedang telinga & salurannya ada ear wax, & itu bkn membran mucus, Ibuu. Di FK dulu ga belajar anatomi?"
Yang membuat kaget Mila Anasanti menggunggah hal berikut ini; (*)
Baca Juga: Bayi 1 Bulan Meninggal Setelah Dijenguk Kerabat, Hasil PCR Positif Covid-19
Source | : | Baca Status,Twitter - Anasanti Mila |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar