Mekanisme interaksi obat itu sendiri bisa melibatkan aspek farmakokinetik (mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lain), atau farmakodinamik (ikatan dengan reseptor atau target aksinya).
Untuk menghindari interaksi obat yang tidak menguntungkan, apabila pemberian obatnya lebih dari satu, maka digunakan asas sebagai berikut;
1. Untuk obat yang interaksinya terjadi jika bertemu secara fisik, seperti obat antibiotika golongan kuinolon dengan kalsium yang membentuk ikatan kelat misalnya, maka pemberian dengan jeda waktu yang lebar dapat menghindarkan interaksinya.
2. Tetapi jika mekanismenya adalah mempengaruhi metabolisme obat sehingga menyebabkan kadar obat lain meningkat atau berkurang, maka mengatasinya adalah dengan penyesuaian dosis obat, karena hanya memberi jeda waktu pemberian tidak akan mengurangi dampak interaksinya.
3. Jika pemberian jeda pemberian dan penyesuaian dosis tidak dapat mencegah dampak interaksi, maka cara lain menghindari interaksi obat adalah dengan mengganti obat yang berinteraksi dengan obat lain yang kegunaannya sama, tetapi kurang berinteraksi.
" Sekali lagi, dampak interaksi obat tidak bisa digeneralisir dan harus dilihat kasus demi kasus secara individual, sehingga pengatasannya pun berbeda-beda pada setiap kasus," tegasnya.
Baca Juga: Kesehatan Lansia, Kualitas Tidur Dapat Menunjukkan Risiko Alzheimer
Baca Juga: 7 Tips Perawatan Mata Untuk Penyandang Diabetes Agar Terhindar Dari Gangguan Penglihatan
Lebih jauh Prof Zullies mengungkapkan interaksi obat tidak semudah itu menyebabkan kematian.
Source | : | Tribun News |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar