Untuk diketahui, vaksin Pfizer menggunakan teknologi terbaru berbasis versi sintetis molekul virus SARS-CoV-2 yang disebut "messenger RNA" atau disingkat mRNA.
Karenanya vaksin Covid-19 Pfizer ini terbukti bisa menlindungi tubuh dari varian Beta (B.1.351) yang berasal dari Afrika Selatan dan varian Alpha (B.1.1.7) yang berasal dari Inggris.
Klaim tersebut bisa dibuktikan dari Qatar yang sedang menghadapi gelombang kedua pandemi dengan adanya penyebaran varian Alpha dan Beta.
Laith Jamal Abu-Raddad, ahli epidemiologi penyakit menular di Weill Cornell Medicine, Qatar, yang memimpin kajian tersebut mengatakan efektivitas vaksin Pfizer terhadap infeksi varian Alpha yang didokumentasikan mencapai 89,5 persen pada 14 hari atau lebih setelah suntikan dosis kedua.
Sedangkan efektivitas vaksin Covid-19 Pfizer terhadap infeksi varian Beta adalah 75 persen.
Vaksin ini juga efektif mencegah keparahan yang ditimbulkan infeksi virus Covid-19 varian Alpha dan Beta, yaitu 97,4 persen.
Baca Juga: PPKM Darurat Diperpanjang Hingga 6 Minggu, Ini yang Akan Terjadi Pada Ekonomi Indonesia
Penelitian yang dilakukan oleh Public Health England juga menunjukkan, bahwa dua dosis vaksin yang diproduksi oleh Pfizer-BioNTech efektif dalam mencegah rawat inap akibat varian Delta (B.1.617.2) yang berasal dari India.
Penelitian ini melibatkan 14.019 orang di Inggris yang telah tertular virus varian Delta.
166 orang dari jumlah tersebut di antaranya dirawat di rumah sakit dari 12 April hingga 4 Juni.
Tapi Israel telah melaporkan penurunan hingga 64% dalam efektivitas vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 dalam mencegah infeksi dan penyakit simtomatik.
Penurunan itu, melansir Majalah Farmasetika (9/7/2021), bertepatan dengan penyebaran varian Delta dan berakhirnya pembatasan jarak sosial di Israel.
Source | : | Siaran Pers,Majalah Farmasetika |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar