GridHEALTH.id – PT Pfizer Indonesia dan BioNTech SE pada Rabu (14/7/2021) umumkan disepakatinya perjanjian dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk
menyediakan 50 juta dosis vaksin COVID-19 (BNT 162b2) sepanjang 2021.
Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech, yang berbasis teknologi mRNA milik BioNTech, dikembangkan oleh BioNTech dan Pfizer.
BioNTech sendiri merupakan pemegang izin edar di Uni Eropa, dan pemegang otorisasi
penggunaan dalam kondisi darurat di Amerika Serikat (bersama dengan Pfizer), Kanada, dan negara-negara lain sebelum nantinya diajukan permohonan izin edar penuh.
Untuk tahun ini target produksi vaksin Pfizer dan BioNTech sebanyak 3 miliar dosis vaksin COVID-19 secara global.
Untuk di Indonesia, izin dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah dikeluarkan untuk izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) vaksin Pfizer pada 14 Juli 2021 lalu.
“Kami sangat bergembira dengan telah ditandatanganinya perjanjian ini dengan Pemerintah Indonesia, sebagai bagian dari komitmen bersama dalam mengatasi ancaman global ini. Perjanjian ini merupakan sebuah langkah penting untuk menghadirkan vaksin COVID-19 untuk melindungi kesehatan masyarakat di Indonesia, memulihkan perekonomian dan mempercepat kembalinya kehidupan normal bagi masyarakat Indonesia,” kata Stephen Leung, Country Manager PT Pfizer Indonesia, dalam rilis yang diterima redaksi GridHEALTH.id.
Baca Juga: Efektivitas Vaksin Covid-19 Menurun Pada Mereka yang Pernah Terpapar Varian Delta
Untuk diketahui, dari hasil uji klinis fase ketiga menunjukkan efikasi vaksin Pfizer mencapai 100 persen pada kelompok usia 12-15 tahun.
Namun, ketika diberikan kepada kelompok usia 16 tahun ke atas, efikasinya menurun menjadi 95,5 persen.
"Dan data uji klinik fase III menunjukan efikasi comirnaty, pada usia 16 tahun ke atas adalah 95,5 persen dan pada usia remaja 12-15 tahun adalah 100 persen," ujar Penny dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (15/7/2021).
Dengan diterbitkannya EUA untuk vaksin Pfizer, maka BPOM telah menerbitkan izin penggunaan darurat kepada enam jenis vaksin Covid-19 di Indonesia.
"Pertama, ada Coronavac dari Sinovac, vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Bio Farma, AstraZeneca yang diperoleh dari Covax facility, Sinopharm dari Beijing, dan Moderna dari Amerika," kata Penny.
Baca Juga: Kritik Keras Vaksin Gotong Royong dari Epidemiolog ; Batalin Aja, Enggak Usah Ada
BPOM menyatakan beberapa kajian menunjukkan keamanan vaksin Pfizer dapat ditoleransi pada semua kelompok usia.
prihal efek samping vaksin Pfizer ini ditemukan; nyeri pada tempat suntikan, kelelahan, nyeri kepala, sakit otot, nyeri sendi, dan demam.
Cara kerja vaksin Pfizer, ketika disuntikkan pada sel yang divaksinasi, maka protein akan diambil oleh sejenis sel kekebalan tubuh dan nantinya sel ini membantu melawan infeksi.
Kelebihannya, vaksin Pfizer tidak hanya membentuk antibodi, tetapi juga akan mengaktifkan sel penyaji antigen yang disebut sel T yang berfungsi mencari dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus Covi-19.
Baca Juga: Syaraf Kejepit Sembuh Tanpa Operasi, Kateter RACZ dan DiscFX
Untuk diketahui, vaksin Pfizer menggunakan teknologi terbaru berbasis versi sintetis molekul virus SARS-CoV-2 yang disebut "messenger RNA" atau disingkat mRNA.
Karenanya vaksin Covid-19 Pfizer ini terbukti bisa menlindungi tubuh dari varian Beta (B.1.351) yang berasal dari Afrika Selatan dan varian Alpha (B.1.1.7) yang berasal dari Inggris.
Klaim tersebut bisa dibuktikan dari Qatar yang sedang menghadapi gelombang kedua pandemi dengan adanya penyebaran varian Alpha dan Beta.
Laith Jamal Abu-Raddad, ahli epidemiologi penyakit menular di Weill Cornell Medicine, Qatar, yang memimpin kajian tersebut mengatakan efektivitas vaksin Pfizer terhadap infeksi varian Alpha yang didokumentasikan mencapai 89,5 persen pada 14 hari atau lebih setelah suntikan dosis kedua.
Sedangkan efektivitas vaksin Covid-19 Pfizer terhadap infeksi varian Beta adalah 75 persen.
Vaksin ini juga efektif mencegah keparahan yang ditimbulkan infeksi virus Covid-19 varian Alpha dan Beta, yaitu 97,4 persen.
Baca Juga: PPKM Darurat Diperpanjang Hingga 6 Minggu, Ini yang Akan Terjadi Pada Ekonomi Indonesia
Penelitian yang dilakukan oleh Public Health England juga menunjukkan, bahwa dua dosis vaksin yang diproduksi oleh Pfizer-BioNTech efektif dalam mencegah rawat inap akibat varian Delta (B.1.617.2) yang berasal dari India.
Penelitian ini melibatkan 14.019 orang di Inggris yang telah tertular virus varian Delta.
166 orang dari jumlah tersebut di antaranya dirawat di rumah sakit dari 12 April hingga 4 Juni.
Tapi Israel telah melaporkan penurunan hingga 64% dalam efektivitas vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 dalam mencegah infeksi dan penyakit simtomatik.
Penurunan itu, melansir Majalah Farmasetika (9/7/2021), bertepatan dengan penyebaran varian Delta dan berakhirnya pembatasan jarak sosial di Israel.
Kementerian Kesehatan Israel mengatakan: “Efektivitas vaksin dalam mencegah infeksi dan penyakit bergejala turun menjadi 64% sejak 6 Juni.”
Seperti dilaporkan di Reuters, juru bicara Pfizer menolak mengomentari data dari Israel, tetapi mengutip penelitian lain yang menunjukkan bahwa antibodi yang ditimbulkan oleh vaksin masih mampu menetralkan semua varian yang diuji, termasuk Delta, meskipun dengan kekuatan yang berkurang.
Ilmuwan data Eran Segal dari Institut Sains Weizmann Israel mengatakan negara itu tidak mungkin mengalami tingkat rawat inap yang tinggi yang terlihat pada awal tahun karena jauh lebih sedikit yang sakit kritis.
Sekitar 60% dari 9,3 juta penduduk Israel telah menerima setidaknya satu suntikan vaksin Pfizer, ini menyebabkan kasus turun dari lebih dari 10.000 pada Januari menjadi hanya satu digit pada Juni.(*)
Baca Juga: 7 Penyakit Infeksi Kulit Pada Anak, Penyebabnya Kebanyakan Bakteri
Source | : | Siaran Pers,Majalah Farmasetika |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar