GridHEALTH.id - Hingga saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang belum dvaksin Covid-19 program pemerintah, yang digratiskan untuk masyarakat.
Salah satu penyebabnya, masih ada masyarakat yang ragu terhadap vaksin Covid-19 yang dibuat super cepat, berbeda dengan vaksin lainnya.
Ditambah lagi adanya kondisi dimana seseorang yang telah mendapat vaksin Covid-19, tapi tetap terpapar Covid-19.
Mengenai hal itu pakar imunisasi dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH. DSc, tidak menampik.
Tapi menurutnya jangan salahkan vaksin.
Menurut Jane kejadian tersebut bisa terjadi karena, bisa saja dalam tubuh orang tersebut sudah ada virus corona.
"Sudah jelas itu bukan karena vaksin, PCR positif itu karena ada virus. Dalam vaksin itu tidak ada virus hidup, sama sekali tidak ada.
Baca Juga: Gejala Neuropati Proksimal, Kerusakan Saraf Langka Yang Sering Dialami Penyandang Diabetes
Lalu, kenapa sudah divaksin kok di tes masih ada virusnya? Jadi, saat divaksin, tidak ada satu negara yang melakukan tes apakah kita sudah terinfeksi virus atau belum. Jadi, bisa saja seseorang saat divaksin sudah ada virus, sehingga kapan saja dites PCR hasilya positif," jelas Jane panjang lebar.
Hal tersebut Jane paparkan saat diwawancara presenter dari metrotvnews, yang publish di kanal YouTube metrotvnews (23/7/2021).
Dalam kesempatan yang sama pun Jane menyampaikan prihal mitos vaksin lainnya yang berkembang di masyarakat.
Yaitu, ada hoaks yang menyebutkan vaksin Covid-19 membuat seseorang mandul.
"Seorang wanita bisa mandul apa bila indung telurnya tidak ada atau rusak, atau saluran ke indung telur sudah dipotong atau rahimnya sudah diangkat atau rusak, hanya karena itu. Vaksin tidak bekerja di situ, vaksin tidak memengaruhi indung telur atau rahim. Betul-betul tidak ada hubungannya," ujar Jane dengan tegas.
Baca Juga: 11 Langkah Mencegah Gastroenteritis , Penyakit Infeksi Pencernaan
Adapun prihal pembuatan vaksin yang super cepat, Jane menerangkan perbedaan pembuatan vaksin sebelum pandemi dan saat pandemi.
"Sebelum pandemi, kita kalau memproduksi vaksin itu tidak dikejar-kejar, jadi kita bisa tahapnya uji pada binatang dahulu. Tunggu sampai selesai, datanya dievaluasi, datanya dipublikasi, baru mulai uji pada manusia. Fase satu, fase satu selesai, fase kedua," jelas Jane mencoba menggambarkan.
Baca Juga: Syarat Bisa Umroh di Masa Pandemi Covid-19, Vaksin Sinovac Bisa, Boosternya Harus yang Ini
Tapi ingat, kondisi saat ini adalah pandemi, berbeda dengan kondisi normal, dan vaksin dibutuhkan segera ada.
"Kalau dalam masa pandemi kita seperti itu, kita habis (waktunya), mungkin sudah ditelan oleh virus. Karenanya pembuatan vaksin dipercepat."
Jane pun menjelaskan, dalam pembuatan vaksin Covid-19 yang dibutuhkan segera di masa pandemi Covid-19, "tahap-tahapnya ada yang bisa dimulai bersamaan. Misalnya tahap satu, belum selesai fase satu, sudah ada tanda-tanda vaksin bisa efektif, fase dua boleh mulai. Apabila dalam perjalanannya, fase dua berjalan tapi fase satu berjalan ternyata gagal, ya fase dua bubar, harus kembali lagi," jelasnya.
Jadi, Jane menegaskan bahwa pembuatan vaksin Covid-19 tetap melewati urutan uji coba tanpa ada yang dilewati.
"(urutan pengujian) Tidak ada yang dilewat, semua dilaksanakan, hasilnya sama, efektif ya efektif, bedanya ada yang bisa dilakukan bersamaan (ujinya)," tegas Jane.(*)
Baca Juga: Karena 7 Hal ini Kadar Gula Darah Bisa Mendadak Tinggi Pada Malam Hari
Source | : | Youtube - Vaksin |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar