Badai sitokin jika sudah dialami seorang pasien dapat berkembang pesat menjadi koagulasi intravaskular diseminata, dengan oklusi vaskular atau perdarahan katastropik, dispnea, hipoksemia, hipotensi, ketidakseimbangan hemostatik, syok vasodilatasi, dan ujungnya adalah kematian pasien.
Baca Juga: Jokowi Sebut Walikota Samarinda Tampak Segar usai Disuntik Vaksin Nusantara: 'Enggak Ngajak-ngajak'
Banyak pasien mengalami gejala pernapasan, termasuk batuk dan takipnea, yang dapat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), dengan hipoksemia yang mungkin memerlukan ventilasi mekanis.
Lebih mengerikan kombinasi hiperinflamasi, koagulopati, dan jumlah trombosit yang rendah menempatkan pasien dengan badai sitokin pada risiko tinggi untuk perdarahan spontan.
Dalam kasus badai sitokin yang parah, gagal ginjal, cedera hati akut atau kolestasis, dan kardiomiopati terkait stres atau mirip takotsubo juga dapat berkembang.
Hal ini pun dituturkan oleh Joana Alexandra, istri dari Raditya Oloan, "Kondisinya post-covid dengan komorbid asma, and he is going through a cytokine strom (badai sitokin) yang menyebabkan hyper-inflammation in his whole body," terangnya. "Ditambah lagi ada infeksi bakteri yang lumayan kuat," papar Joana Alexandra.
Hal ini pun mungkin yang dialami Deddy Corbuzier beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Mengenal Lebih dekat Metode Persalinan ERACS, dalam 24 Jam Ibu Sudah Bisa Pulang
Source | : | News Medical Life Sciences - Badai Sitokin |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar