GridHEALTH.id - Vaksin dosis ke tiga dan vaksin booster, hingga saat ini masih terus menjadi pertanyaan pentingbagi sebagian masyarakat.
Tidak seikit masyarakat uang ingin tahu lebih detail mengenai vaksin booster dosis ke tiga.
Intinya mereka ingin tahu seberapa efektif vaksin booster dosis ke tiga untuk menangkal Covid-19, dan apakah dirinya bisa menjadapatkannya.
Baca Juga: Terapi Plasma Konvalesen Berpotensi Berbahaya Bagi Pasien Covid-19, Bisa Sebabkan Cedera Akut Paru
Mengenai hal ini, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, suntikan ketiga baru bisa diberikan setelah 12 bulan dari suntikan pertama diterima.
Nadia mengatakan keputusan tersebut berdasarkan rekomendasi Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).
"Hasil kajian ITAGI masih merekomendasi kemungkinan penyuntikan diperlukan setelah 12 bulan penyuntikan pertama. Iya setelah 12 bulan. Jadi baru tahun depan," kata Nadia dikutip dari CNN, Rabu (28/7/2021).
Adapun Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Rabu (25/8/2021) mengatakan, "Diskusi dengan Bapak Presiden, sudah diputuskan oleh beliau, bahwa ke depan kemungkinan yang dibayari negara hanya Penerima Bantuan Iuran (PBI) saja," kata Budi, dikutip dari Kontan.co.id.
Baca Juga: Gejala Gondongan dan Komplikasinya, Lebih Sering Terjadi pada Dewasa Dibanding Anak
Berdasarkan laman resmi Kementerian Kesehatan, Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari Pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan.
Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh Pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah.
Kelompok masyarakat lainnya, "Harga suntikannya mungkin 7 dollar AS atau 8 dollar AS satu kali suntik. Itu sekitar ya enggak sampai Rp100.000 atau Rp150.000-an, sehingga bisa langsung dilakukan oleh yang bersangkutan."
"Menurut pendapat saya, kita akan juga buka secara terbuka vaksin-vaksin yang masuk, jadi rakyat yang ingin mendapatkan booster bisa memilih. Yang memiliki uang mau menyuntik Rp 100.000 atau Rp 150.000 bisa memilih (untuk booster)," papar Menkes Budi.
Baca Juga: Gegara Ingin Hentikan Keringat Berlebih, Atlet Binaraga juga Influencer Meninggal Dunia
Mengenai rencana pemerintah dalam mengadakan vaksinasi COVID-19 booster dengan menggunakan vaksin platform mRNA (Moderna), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) menyusun rekomendasi dengan mempertimbangkan hal berikut:
1. Meningkatnya angka mortalitas dan kejadian infeksi pada tenaga kesehatan yang sudah divaksinasi dengan platform inactivated (Coronavac) sebanyak dua dosis.
2. Varian delta yang saat ini mendominasi kasus baru COVID-19.
3. Studi terkait pemberian vaksinasi heterolog/kombinasi dan rekomendasi vaksinasi booster di beberapa negara yang menggunakan vaksin platform inactivated.
Baca Juga: 500 Perempuan dari 2550 Lebih TKI Asal Sampang yang Dipulangkan Diketahui Hamil
Adapun rekomendasi PAPDI dalam hal penggunaan vaksinasi mRNA sebagai booster, adalah sebagai berikut:
1. Tenaga kesehatan merupakan garda terdepan dalam penanganan pasien COVID-19 dan memiliki risiko tinggi untuk tertular COVID-19. Enam bulan sejak vaksinasi platform inactivated, antibodi diketahui mulai berkurang, sehingga penting bagi tenaga kesehatan untuk diberikan booster vaksinasi COVID-19, terutama untuk menghadapi varian baru.
2. Penelitian yang ada menunjukkan antibodi yang terbentuk pasca vaksin booster mRNA naik cukup signifikan dan proteksi terhadap infeksi COVID-19 juga meningkat, walaupun belum ada data khusus untuk vaksin inactivated yang dilanjutkan dengan vaksin mRNA.
Vaksin mRNA diketahui memiliki efikasi yang lebih baik terhadap varian baru dibandingkan dengan platform vaksin lainnya.
Baca Juga: Antibodi Vaksinasi Tidak Selengkap dari Antibodi Mantan Pasein Covid-19
3. Rekomendasi kelayakan vaksinasi mRNA pada keadaan khusus/komorbid tertentu secara umum sama dengan vaksin platform inactivated yang sudah disusun oleh PAPDI sebelumnya.
4. Efek samping vaksin mRNA yang muncul secara umum sama dengan vaksinasi COVID-19 pada umumnya. Reaksi anafilaksis setelah pemberian vaksin mRNA perlu menjadi perhatian khusus karena kandungan polietilen glikol (PEG) pada vaksin mRNA ini walaupun angka kejadiannya sangat kecil.
Diketahui efek samping yang muncul pasca vaksinasi kombinasi platform viral vector dan mRNA untuk vaksinasi pertama dan kedua, lebih banyak jika dibandingkan menggunakan platform yang sama.
Hal ini mungkin juga terjadi pada vaksin inactivated jika dikombinasi dengan platform yang berbeda walaupun sedang menunggu studi lebih lanjut.
Demikian rekomendasi ini kami sampaikan. Atas perhatian Sejawat, kami ucapkan terima kasih. Semoga kita selalu dilindungi dalam menjalankan tugas.(*)
Source | : | GridHealth.ID,PAPDI - Rekomendasi vaksin booster |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar